Artikel Terkini

Jasa Layanan Menulis

Kami adalah Freelancer yang menawarkan jasa/layanan penulisan yang berkualitas dan bergaransi, serta dengan harga terjangkau untuk sebuah ko...

Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Agustus 2020

Jangan Mudah Percaya Facebook. Jadilah Skeptis!

“Apa pun yang dilakukan dalam hidup, kelilingilah diri Anda dengan orang-orang cerdas yang akan beradu argumen dengan Anda.”

-John Wooden-



Pada jaman digital ini sangat penting sekali kita memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang termasuk fakta dan mana yang hanya sekedar hoax (berita yang tidak benar). Skeptis artinya tidak mudah percaya. Ini menjadi penting karena saat ini banyak sekali seseorang di Negeri ini menggonggong akibat sering membaca berita-berita yang sifatnya provokatif, menonton video yang telah diedit. Tanpa kita sadari sesungguhnya Negeri ini sudah diadu domba oleh berbagai opini yang belum jelas aspek kebenarannya. Hal ini terjadi karena dua sumber penyebab. Pertama, adanya kecenderungan komersil dari media massa sehingga mereka lebih memilih materi materi informasi yang sesuai dengan selera pasar. Kedua, masyarakat itu sendiri yang enggan untuk berubah dan masih mempertahankan nilai-nilai yang bisa menguntungkan kelompok tertentu (Sarwono, 2007).

Apabila Anda sudah paham dengan dua penyebab itu, maka tidak ada salahnya Anda sekarang mulai merevolusi mental untuk lebih bijak dalam menyikapi perkembangan informasi saat ini. sebaiknya, gunakan lebih banyak waktu Anda untuk memikirkan masalah lebih sedikit daripada memikirkan jalan keluarnya. Artinya gunakan lebih banyak waktu untuk mencari jalan keluarnya. Yang paling penting, Anda jangan secara sengaja mencari-cari kesalahan namun temukanlah cara untuk memperbaiki permasalahan itu. Gunakanlah pertanyaan pemecahan masalah (problem solving) dalam diri Anda sebagai pemandu dalam memecahkan masalah. Jangan seperti anjing yang mengunyah tulang, yaitu hidup yang terus menerus bersungut-sungut dan menggerutu tidak jelas.

Jadilah bagian dari solusi, bukan dari masalah seperti apa yang disampaikan oleh Richard Templar dalam bukunya The Rules of Life. Kita harus mulai menjadi bagian dari solusi dan berhenti menambah kekacauan, kehancuran, dan masalah. Kita harus menghentikan hal-hal yang tiada arti atau kita akan menjadi tontonan di Taman hiburan bagi alien. Segeralah mulai mencari cara-cara agar kita dapat memberikan kontribusi dan solusi, dengan demikian kita akan dapat menjadikan dunia ini menjadi lebih baik. Jangan percaya pada seseorang yang hanya ingin mendongkrak popularitas lewat sensasi.

Ini adalah salah contoh peristiwa atau tindakan yang sama sekali tidak memberdayakan Anda. Mereka yang akan selalu dikenang didunia ini adalah mereka yang menjadi penerang dalam hidup, panutan dalam berkata, dan contoh dalam bertahta. Merekalah orang orang dengan karakter terbaik. Hidup ini adalah kumpulan dari proses belajar kita setiap harinya. Jangan pernah menyalahkan orang lain atas kesalahan dan kegagalan kita (berpikirlah solutif). Jika Anda menghadapi situasi cobalah berpikir sebagai berikut:

  1. Melakukan riset sederhana ketika Anda sama sekali tidak memiliki informasi yang benar-benar mendukung
  2. Gunakanlah pertanyaan, Apa? Bagaimana? Dimana? Kapan? Bisa dipertanggung jawabkan berita itu? Siapa pencetus beritanya? Dan pertanyaan-pertanyaan relevan lainnya.
  3. Buatlah keputusan ketika Anda memiliki pengetahuan yang memadai, termasuk dampak positif dan negatif dari keputusan yang Anda buat
  4. Tunda penilaian Anda sebelum ada data valid yang mendukung, dan pecahkan masalah ketika informasi dan data yang Anda perlukan sudah relevan.

Kreativitas adalah Kunci Orang-orang Meraih Sukses

 “Lakukan sesuatu yang kamu pikir tidak bisa. Kalaupun kamu gagal, coba lagi. Lakukan lebih baik kali ini. Orang yang tidak pernah jatuh adalah yang tidak pernah mendaki naik, ini adalah hidupmu. Milikilah hidupmu!”

-Oprah Winfrey-

 

Kegagalan bisa jadi merupakan sumber dari lemahnya kreativitas. Siapa yang menghendaki kegagalan? Namun jika anda tidak pernah berharap untuk mengalami kegagalan maka pikiran Anda harus dirangsang untuk berkembang. Gagal bisa saja akan mendorong Anda menjadi lebih kreatif. Namun tak sedikit orang benar-benar gagal, karena mereka sendiri yang melarutkan hidupnya untuk tenggelam pada sebuah lubang kegagalan.

Ingatlah kembali masa kecil Anda. Jika Anda lupa, Anda bisa melihat pada anak Anda sendiri atau anak-anak kecil di sekitar. Mereka tidak pernah takut akan berbuat kesalahan ataupun mengalami kegagalan. Mereka melakukan semua hal yang ingin mereka lakukan tanpa berpikir panjang resikonya. Kadang mereka jatuh namun dalam sekejap mereka bangkit dan berlari-lari kembali. Mereka kadang menemukan jalan buntu ketika melakukan sebuah permainan namun mereka tidak berhenti, mereka berusaha mencari solusi-solusi yang baru. Akibatnya pikiran mereka begitu kreatif. Kita semua bisa mencontoh pikiran murni mereka yang belum banyak terkontaminasi oleh lingkungan sekitarnya.

Percayalah bahwa kegagalan akan mengoptimalkan potensi Anda. Mungkin Anda mempunyai seorang guru dalam hidup Anda atau atasan bagi mereka yang berkarir. Saya percaya bahwa guru atau atasan yang baik akan mengarahkan Anda untuk berani mengambil resiko. Mereka mempunyai suatu keyakinan bahwa pikiran yang konservatif tidak akan membuat potensi diri keluar dengan optimal. Semakin sering Anda mengalami kegagalan, otak Anda akan semakin dilatih untuk menghadapi permasalahan dan bagaimana mencari jalan keluarnya.

Saya meyakini bahwa setiap orang memiliki potensi diri yang sangat besar dengan keunikannya masing-masing. Anda dapat mengetahui kedahsyatan potensi yang Anda miliki hanya dengan keberanian menghadapi masalah, tidak ada jalan lain. Anda akan memperoleh kekuatan dengan mengalami kemalangan yang sebelumnya Anda lalui. Bersyukurlah jika Anda pernah mengalami kegagalan atau kemalangan. Karena dengan kegagalan Anda sedang disiapkan untuk meraih kesuksesan yang lebih besar. Anda akan ditempa untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Jalan sukses itu bukan hanya satu, tapi banyak dan semuanya akan berujung pada kesuksesan. Orang yang kreatif akan bisa melihat cabang jalan tersebut dengan mudah tidak hanya terpaku pada satu jalan saja. Begitu, potensi kesuksesan akan menjadi lebih besar. Pikiran yang kreatif akan membuat kita menemukan jawaban dari setiap masalah dengan cepat. Dengan kreatif, aktivitas yang membutuhkan waktu satu tahun, mampu selesai hanya dalam waktu satu bulan.  Jadi, mengingat begitu pentingnya sebuah kreativitas, maka sudah sewajarnya bila kita terus melatih dan mengasahnya. Kreativitas hanya perlu dilatih dan diasah, potensinya sudah ada dan mengendap dalam diri setiap manusia.

Orang yang kreatif menjadikan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu mungkin merupakan persilangan  dari dua benda menjadi benda lain yang baru. Dalam arti luas kreatif itu tidak saja membuat benda baru yang sebelumnya sama sekali tidak ada. Berlaku positif untuk kepentingan orang lain juga merupakan kreativitas. Contoh sederhananya, menyingkirkan batu di tengah jalan agar orang terhindar dari kecelakaan atau jatuh di jalan. Menanam pohon apa saja yang berguna untuk masa yang akan datang. Semua tindakan positif itu merupakan tindakan kreatif yang menguntungkan orang banyak.

Mental kreatif sangat diperlukan dalam kehidupan berbisnis dan semua aspek kehidupan lainnya. Kreativitas memegang peranan penting karena dengan kreatif dapat menciptakan hal-hal baru demi keuntungan perusahaan. Banyak profesi yang memerlukan kreativitas yang tinggi seperti pelukis, perancang mode, Arsitek, Design produk, wartawan dan lainnya. Orang yang kreatif akan mencari inspirasi setiap saat sehingga ada ide-ide baru yang segar. Banyak jenis hewan, tanaman baru yang berasal dari silangan hewan atau tumbuhan lama yang hasilnya lebih baik dari aslinya. Semua itu adalah hasil dari kreativitas orang-orang yang awal mulanya dari hobi berkembang menjadi bisnis yang menjanjikan.

Kita tidak akan pernah meraih hal-hal hebat dalam hidup, jika kita masih melakukan hal yang sama dengan cara yang sama setiap harinya. Salah satu kunci kesuksesan adalah bagaimana kita dapat menjadi pribadi yang kreatif dan dapat menjadi solusi memecahkan masalah yang ada. Menjadi kreatif tidak selalu identik dengan sebuah penemuan-penemuan besar di bidang ilmiah atau teknologi.

Sebagian orang mungkin merasa enggan dan tidak akrab dengan kata kreatif, seakan kreatif adalah predikat yang hanya bisa disandang oleh para penemu teknologi terbaru atau seorang seniman yang sudah senior. Kreatif di benak banyak orang lebih identik dengan aneh, tidak biasa, dan unik. Dengan adanya anggapan seperti ini, mereka merasa bahwa kreativitas adalah milik mereka yang bekerja di industri kreatif saja.

Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Menjadi kreatif adalah bagaimana tentang menemukan cara-cara baru yang dapat memecahkan masalah. Berpikir kreatif berarti menemukan  cara-cara baru yang lebih baik untuk mengerjakan apa saja. Kreativitas adalah milik semua profesi. Berpikir secara kreatif dibutuhkan semua orang, pada profesi apapun, untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya. Setiap pekerjaan membutuhkan kreativitas untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang muncul.

Kita membutuhkan pola pikir kreatif untuk menjawab berbagai permasalahan seperti bagaimana agar saya bisa melakukannya dengan lebih cepat? Bagaimana agar tugas saya bisa dikerjakan lebih mudah? Bagaimana untuk lebih banyak menarik pengunjung ke website atau blog Anda? Bagaimana agar hubungan dengan keluarga lebih harmonis? Bagaimana membuat anak-anak lebih menyukai sayur dan buah? Dan sebagainya.

Sebagai contoh, seorang ayah yang memikirkan bagaimana caranya mendapatkan lebih banyak income karena saat ini keluarga mereka baru mendapatkan buah hati. Ia pun merintis bisnis sampingan di luar pekerjaaan inti atau pekerjaan utamanya.  Atau seorang ibu yang berpikir keras bagaimana caranya agar anaknya bisa makan sayur. Ia pun lalu membuat smoothies sayur dan buah dengan rasa yang lezat. Itulah berpikir kreatif.

Bagaimana seorang akuntan berusaha menemukan software terbaru yang lebih memudahkan kerjanya. Itu kreatif. Bagaimana seorang Penulis mendapatkan berbagai ide tambahan untuk judul buku barunya. Itu juga disebut kreatif. Seorang atasan yang menerapkan strategi rapat kerja di luar kantor agar karyawannya lebih rileks, itu kreatif. Seorang guru yang menemukan metode mengajar yang lebih fun agar proses belajar mengajar lebih menyenangkan, itu kreatif. Akan tetapi, berpikir kreatif dan menerapkannya dalam pekerjaaan kita ternyata tidaklah mudah. Bagaimana caranya? Teruslah temukan strategi kreatif itu dalam tindakan Anda.

Minggu, 23 Agustus 2020

Petani adalah pekerjaan mulia. Jangan Gengsi! Banyak Orang Sukses dari Bertani

 

Salah satu keinginan yang biasanya jarang dicita-citakan oleh setiap orang, selain menjadi dokter, pengusaha, dosen, guru, dan pegawai kantoran adalah menjadi petani. Padahal menjadi seorang petani apabila kita mampu berkomitmen dan fokus pada tujuan yang kita harapkan, maka menjadi petanipun bisa menjadi salah satu jalan untuk mendatangkan keberhasilan yang jauh lebih dari profesi yang ada. Keberhasilan baik dalam bentuk finansial maupun kesejahteraan lainnya. Apa yang salah dengan pekerjaan menjadi seorang petani? Kenapa sedikit sekali orang yang ingin berkecimpung dalam pertanian?

            Mungkin saja karena pekerjaan sebagai seorang petani kurang bergengsi. Terlihat kotor karena setiap hari berkutat dengan tanah atau lumpur di sawah. Namun coba berpikir sekali lagi Anda adalah Sarjana pertanian yang sudah sepatutnya ahli dalam mengembangkan segala potensi pertanian, kenapa lebih memilih sibuk mencari lowongan pekerjaan kemana-mana? Daripada Anda mondari-mandir tidak jelas, apakah tidak sebaiknya menggarap lahan-lahan tidur dikawasan Anda? Pertanyaan ini juga berlaku untuk Anda yang tamatan Sarjana pendidikan, Sarjana ekonomi, dan lulusan Perguruan tinggi lainnya. Untuk apa ilmu yang telah Anda dapatkan di kampus jika hanya setelah lulus berakhir dalam situasi sibuk mencari lowongan pekerjaan?

            Saya ambil contoh di Bali, lulusan Perguruan tinggi yang menganggur khususnya diploma dan Sarjana justru mengalami peningkatan. Seperti yang sudah saya paparkan di awal, pengangguran itu terjadi karena mereka “dimakan” gengsi. Pengamat mengakui lulusan Sarjana Perguruan tinggi masih banyak yang cengeng dan dimakan oleh gengsi dalam memilih pekerjaan. Mereka cenderung memilih mencari kerja, bukan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Ironisnya, hampir sebagian besar orang ingin menjadi sukses dikemudian hari. Namun ketika diminta memilih, sebagian besar lebih memilih untuk menjadi pekerja yang sukses atau top eksekutif daripada menjadi wirausaha atau petani yang sukses.

Melihat kondisi itu, salah satu kegiatan pemberdayaan kegiatan pertanian yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan solusi yang komprehensif. Upaya ini dilakukan sekaligus untuk menghindarkan generasi muda terjerumus dalam tindakan kriminal akibat tidak memiliki pekerjaan. Saat ini kita perlu mengembangkan teknologi pertaniaan modern untuk meningkatkan kesejahteraan. Selain itu, pemikiran atau mindset untuk menjadi petani yang berhasil juga perlu kita pupuk sejak dini. Kita lah yang bertanggung jawab atas keberhasilan kita sendiri. Jangan menjadi petani yang biasa-biasa saja, jadilah petani yang luar biasa. Anda yang sudah mempunyai ilmu dan pengalaman baik dalam bidang pertanian, kembangkanlah inovasi Anda sampai berhasil. Tidak bisa kita bertani secara konvensional saja terus menerus. Dulu Negara Thailand belajar bertani ke Indonesia, namun pertanian mereka sekarang jauh lebih maju dibandingkan Indonesia saat ini. Jadilah petani, berjuanglah sampai berhasil. Petani adalah pekerjaan mulia.


Karena Mahasiswa Kebanyakan Gaya, Maka Jadilah Sarjana Kertas!

 

Sebagai mahasiswa yang baik Anda belum saatnya juga sibuk menggonta-ganti gadget terbaru, membeli barang-barang mahal yang tidak mendukung sarana kuliah, dan nongkrong sana-sini yang tidak bermanfaat. Anda telah membuang waktu muda yang sia-sia, karena Anda tidak paham perbedaan antara menikmati masa muda dan masa muda masa merencanakan impian. Secara tidak sadar Anda juga sudah membiasakan diri menjadi pribadi yang konsumtif.

Orang yang tidak biasa, pastinya akan protes dengan apa yang saya tulis dalam artikel ini. Kampus bukan lagi satu-satunya tempat belajar. Kampus bukanlah tempat pasang gaya dengan branding sebagai anak kuliahan. Jadilah mahasiswa yang benar-benar mengerti bahwa kampus adalah tempat mengembangkan diri sebanyak-banyaknya.

Suatu saat Anda akan mengerti, bahwa berhasil atau tidaknya belajar di Perguruan tinggi akan Anda rasakan ketika terjun kedalam dunia kerja dan berapa besar keilmuwan yang mampu Anda terapkan dalam kehidupan. Sekali lagi, kualitas keilmuwan Anda tidak lagi dilihat dari tinggi dan banyaknya title pendidikan, namun hal itu akan terlihat dari pembawaan Anda, apa yang ada dalam diri Anda, bagaimana Anda berkata dan bertindak, serta kualitas finansial dan kualitas kehidupan Anda nantinya.

Mulai saat ini, belajarlah dimanapun Anda berada, karena pengetahuan yang sesungguhnya ada disetiap lingkungan kita. Selama kita masih hidup, maka selama itulah tak ada yang namanya kata berhenti dalam belajar.

Seberapa pun hebatnya prestasi akademis yang dapat Anda lihat nanti pada secarik kertas IPK, kita tetap perlu memiliki intelegensi sosial, seperti kemampuan mendengarkan, peka terhadap perasaan orang lain, dan kemampuan interaksi dengan sesama. Orang yang memiliki intelegensi sosial tinggi akan mampu menguasai keadaan, mampu bekerjasama dengan orang lain dalam sebuah tim. Inilah salah satu keberhasilan dalam belajar yang sesungguhnya.

Lantas kegagalan belajar lainnya apa? Kegagalan selanjutnya, yaitu Anda yang memiliki soft skill rendah tidak akan mampu mempraktekan ilmu yang telah diperoleh. Mereka yang telah diakui sebagai Sarjana kelas A dalam kertas daftar nilai, tidak pernah mempraktekan ilmu tersebut karena kebanyakan dari mereka hampir berpikir teoritis. Inilah akibat Anda datang kampus hanya duduk dan diam.

Anda gagal paham, Anda gagal belajar kalau berpikir tidak ada kampus berarti Anda tidak bisa belajar, kalau tidak ada Dosen yang datang ke ruang perkuliahan berarti Anda tidak bisa belajar. Sekali lagi Anda gagal sedari awal memaknai arti belajar yang sesungguhnya.


Biaya Kuliah 300 Juta, Tamat Kuliah Gaji 300 Rebu

 

Mari renungkan, mengapa mantan mahasiswa yang dulunya memiliki IPK 3 koma bisa juga gagal? Itu karena dulunya Ia memiliki idealisme yang terlalu berlebihan, tidak berani gagal karena takut terlihat bodoh, mudah menyerah, takut kelaur dari zona nyaman karena sudah terbiasa bekerja dengan teori-teori di atas kertas, dan tidak pernah berani mengambil keputusan untuk menjadi seseorang yang berhasil. Sehingga karirnya hanya berakhir pada melamar pekerjaan dan hanya menjadi karyawan biasa tanpa mau mengembangkan diri sedikitpun.

Sekali lagi di sinilah perbedaanya. Seseorang yang telah berhasil dan sukses meraih Indeks Prestasi yang tinggi namun ditinjau dari segi gaji hanya mendapatkan Rp 300 - 500 ribu perbulan bahkan bisa lebih kecil dari itu. Artinya Ia belum berhasil secara finansial. Anda tidak percaya di Indonesia ada gaji sebulan sekecil itu? Jangan khawatir, sampai sekarang saya dan teman-teman masih menyimpan slip gaji itu sebagai kenangan yang mengejutkan Anda. Saya sependapat dengan para guru besar bidang pendidikan yang berpendapat bahwa “Pendidikan itu adalah investasi jangka panjang”, namun kita perlu merefleksi kembali apa yang sesungguhnya terjadi pada pendidikan kita di Negara ini?

Yang lebih menyakitkan lagi seiring biaya pendidikan yang kian menjadi mahal adalah, teman-teman saya bukannya kaya yang dirasakan setamat kuliah, melainkan semakin terpuruk dalam utang pinjaman pendidikan yang kian menumpuk. Saat ini banyak mahasiswa yang sudah menjadi Sarjana meninggalkan kampus dengan kondisi terperangkap dalam utang untuk biaya pendidikan mereka sebelumnya. Pendidikan Universitas menjadi tidak sebanding dengan investasinya yang dikeluarkan sebagai biaya menempuh pendidikan. Gaji lulusan Universitas bisa Anda lihat sendiri kondisinya, dan itu hampir sama artinya Anda adalah Sarjana muda yang menganggur.

Pentingkah saya harus mengatakannya kepada Anda? Sebagai referensi, teman saya dulu kuliah di sebuah Universitas ternama. Ia mengkalkulasi pengeluaran total yang dihabiskan ketika masa kuliah dulu hampir Rp 300 juta. Ini bukan memberitahu Anda kuliah itu rugi, tapi sekali lagi Anda harus tau kebenarannya. Biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan itu sangat mahal, bahkan saya dengar kabar bahwa orang tuanyapun adalah seorang petani biasa. Mari renungkan apakah dengan gaji Rp 300 ribu per bulan Anda selama 10 tahun akan sanggup mengembalikan biaya itu? Kalaupun Anda terpaksa bilang pasti akan sanggup, mungkin Anda butuh waktu seumur hidup Anda memiliki uang sebanyak itu. Akhirnya Ia lelah dengan keadaan dan merasakan frustasi sampai-sampai ingin membakar ijasanya itu.

Kalau hidup kita selalu dikaitkan dengan persoalan untung rugi, mungkin saya terdengar kasar menceritakan hal ini. Tapi saya juga merasa kasihan dengan mereka-mereka yang tulus mengabdi untuk negeri harus turun berdemo di jalanan karena merasa mendapatkan kehidupan yang tidak layak. Mereka menuntut untuk dijadikan sepagai pegawai pemerintahan yang punya penghasilan menjanjijkan bagi kehidupannya. Selama ini hidup mereka terlihat kacau, akibat secara ekonomi profesi yang ditekuninya tidak mampu memberikan akses kesejahteraan. Kabarnya buruknya lagi, teman saya menjadi tidak berdaya karena tidak bisa membayar uang berobat Ibu yang sesungguhnya dulu telah berjuang membiayai dirinya sampai selesai kuliah.

Tidak ada yang dapat kita salahkan dengan keadaan ini. Pemerintah juga telah mencari berbagai cara dalam menyelesaikan persoalan pegawai ataupun pekerja-pekerja perusahaan supaya bisa memiliki penghasilan yang memadai. Namun apa daya, sampai sekarang masih saja keluhan pekerja dan pegawai-pegawai honorer bertambah banyak bermunculan di Negeri ini. kondisi ini bukan saja menegaskan kepada kita bahwa ijazah itu bisa menjadi baik atau  bisa menjadi buruk sebagaimana yang sudah saya bahas pada artikel sebelumnya. Tapi kondisi ini juga menyebabkan kondisi ekonomi kita secara Nasional semakin lemah, terjadinya kemiskinan atau pengangguran dari kalangan terdidik, akses kesehatan yang kurang karena biaya yang kian mahal, pendidikan yang tidak bisa diakses secara merata, dan masalah sosial lainnya.

Menjadi karyawan itu tidak tentunya tidak selalu menjadi penilaian buruk, karena itulah yang sesungguhnya dapat Anda jadikan sebagai awal sebuah perjuangan. Tapi Anda harus lebih cerdas lagi dalam memahami situasinya.

Saatnya Anda segera memutar arah hidup, jangan perdulikan sebarapa jauh sudah Anda keliru dalam situasi ini.

Anda punya keluarga yang harus diperjuangkan, Anda masih punya celah-celah masa depan pada lintasan dan pintu-pintu yang lain. Namun, apabila saat ini Anda sedang ingin keluar dari perangkap atau situasi tersebut, segeralah lakukan tanpa ragu.

Sekalipun Anda berpikir bahwa Anda iklas dan senang dalam menjalani pekerjaan tersebut, meskipun pendapatan Anda jauh di bawah layak. Sayapun sependapat, karena saat itu saya juga mencoba untuk berpikir menjadi bijaksana, yaitu mengabdi untuk Negeri. Sesungguhnya juga kemungkinan Anda telah memperoleh bidang pekerjaan berdasarkan atas kemampuan, bakat, dan kepuasaan batin tersendiri di tempat Anda bekerja sekarang. Barangkali Anda juga sudah merasa cocok dengan pekerjaan itu sesuai potensi diri Anda. Sekali lagi, apa yang saya sampaikan di depan tadi adalah sebuah pesan dan saran-saran pribadi, selanjutnya Andalah yang akan menentukan pilihannya.

Namun dibalik itu semua kita juga perlu berpikir dan merenungkan kembali hikmah dari cerita teman saya yang ingin membakar ijazahnya. Tetapi jika mulai sekarang Anda telah berkeyakinan akan bisa membahagiakan orang tua Anda sampai nanti, mungkin saja kita perlu belajar lebih banyak lagi dari salah satu Coach ternama Indonesia. Ia adalah Tung Desem Waringin, seperti yang dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Financial revolution. Selama ada di tempat kerja yang sekarang, Anda juga bisa berkarir dulu dan melakukan pekerjaan itu dengan kesadaran penuh untuk menabung ilmu, mengumpulkan banyak teman, membangun jaringan koneksi, tanpa terlalu hitungan dengan hasil atau bayarannya.

Menurutnya fokus kita adalah mencari dan menguasai semua ilmunya, mencari kenalan-kenalan yang diperlukan, sambil jalan kita menabung sedikit demi sedikit. Setelah itu kita tawarkan kepada Bos atau para pemilik modal untuk bekerjasama. Buka yang baru sebagai partner atau kita tawarkan kepada kenalan kita yang mampu. Bukalah usaha sendiri atau cari cara buat pekerjaan yang lebih menunjang kelayakan hidup Anda. Itulah sebabnya, bagi Anda yang tidak sempat sekolah tinggi atau tidak memiliki ijazah, jangan khawatir, Anda masih bisa sukses! Anda belum terlambat untuk meraih sukses asalkan mau berusaha mulai dari sekarang ini juga. Bertahan dan berjuanglah secara brilian, berdayakan dirimu secara mutlak, dan kembangkan dirimu secara total, sebab Tuhan tidak pernah terlambat untuk menolong Anda.

 

 


 

 

 

 

Jumat, 12 Juni 2020

Belajarlah Sungguh-sungguh Agar Kamu Berhasil Sungguhan

Belajarlah yang benar!!!!



“Hidup itu bukan soal menemukan diri Anda sendiri. Hidup adalah tentang menciptakan diri sendiri.”

-George Bernard Shaw-

 

Untuk apa kita kuliah? kurang lebih itulah pertanyaan yang sering ditanyakan teman saya waktu awal kuliah dulu, dan sampai sekarang masih hangat membekas dalam ingatan saya. Buat apa kita kuliah jika sampai saat ini ribuan Sarjana yang masih menganggur dan sekian banyak pula yang sibuk dan bingung mencari pekerjaan. Apakah dengan menempuh pendidikan yang semakin tinggi akan dapat mewujudkan mimpi-mimpi kita dan termasuk harapan orang tua kita.

Lalu, dada sayapun terisak dan mulai serius berpikir dengan pertanyaan itu. Sayapun menjelaskan “pokonya jalani saja dulu, persoalan nanti setelah selesai kuliah bisa mendapat kerja sesuai harapan atau tidak itu persoalan belakangan”. Saya juga katakan kepadanya bahwa soal rejeki sudah ada yang mengatur. Sesudah sekian lama berjalan akhirnya kitapun sama-sama menyelesaikan studi.

Singkat cerita setelah sekian lama bertemu Ia sesekali pernah menelpon saya. Ia sering menertawai saya karena saya diketahui selalu sibuk dengan sebuah komputer dan tas ransel yang berisi buku kemanapun saya pergi. Ia selalu meledek saya dengan kata begini “sudahilah membaca bukumu itu, jangan terlalu serius sekali jadi orang” sayapun mengernyitkan alis. Sayapun berkata dalam hati “pantas saja akun media sosialnya dipenuhi dengan kata-kata kurang sedap. Padahal lulusan Perguruan tinggi terbaik, tapi mulutnya protes saja dengan kondisi hidupnya.

Ini bukanlah persoalan menjelekan seorang teman, namun lebih dari itu. Kita bisa menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran hidup. Setelah sekian lama selesai menempuh pendidikan ternyata teman saya itu masih mengganggur, katanya sulit mendapat pekerjaan. Ketika diterima di sebuah instansi, kabarnya Ia pun merasa kesulitan, merasa payah, menganggap diri bodoh, dan akhirnya jenuh dengan pekerjaannya. Sayangnya Ia tidak berpikir untuk belajar lagi di dunia kerja. Ia berpikir ilmu kampus yang sudah usang itu seluruhnya akan dapat digunakan.

Setelah lama saya telusuri ternyata terdapat perbedaan yang cukup besar mengenai pemahaman seseorang terhadap makna belajar yang sesungguhnya ketika seseorang ada di dunia kampus (sekolah) dan di dunia kerja. Ketika di kampus, entah apapun alasannya, kita punya niat untuk belajar. Kita membaca buku yang disuruh guru atau dosen. Kita mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan membuat paper sebagai persyaratan untuk mendapat nilai mata kuliah. Kita mau belajar sekalipun karena terpaksa.

Lantas ketika Anda berada di dunia kerja, Anda mulai bertanya kenapa harus terus belajar. Setelah selesai sekolah atau kuliah dan setelah mulai kerja, minat belajar sedikit banyak mengalami perubahan. Tidak ada lagi menuntut kita untuk membaca. Tidak ada dosen yang menyuruh kita mengerjakan tugas di rumah. Tidak ada keharusan bagi kita untuk membaca buku. Proses belajar berubah setelah selesai kuliah.

Disadari atau tidak, kita tidak pernah berhenti belajar. Apakah itu karena alasan tertentu atau karena keadaan memaksa, kita terus belajar. Namun, proses belajar ini sering tidak kita arahkan. Kita tidak fokus terhadap apa yang seharusnya dipelajari. Ada yang memberikan Anda nasehat untuk hal-hal yang perlu dipelajari, tetapi nasihat-nasihat itu kadang lewat begitu saja.

Kita memahami betul bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan individu agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh setiap individu, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk membantu dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialami dalam setiap periode perkembangan.

Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan individu. Pendidikan adalah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami seseuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena ada interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.

Proses belajar yang benar akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif (penalaran, penafsiran, pemahaman, dan penerapan informasi), peningkatan kompetensi (keterampilan, intelektual dan sosial), serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon sesuatu rangsangan (stimuli).

Pendidikan dapat membukakakan jalan yang lebih besar untuk menjadikan seseorang meraih impiannya. Orang yakin dan percaya untuk menanggulangi kemiskinan, cara utama adalah dengan memperbesar jumlah penduduk yang bersekolah dan terdidik dengan baik. Dengan kata lain, pendidikan dipandang sebagai jalan menuju kemakmuran.

Pendidikan semestinya mengarah kepada kreativitas. Artinya, pendidikan harus membuat orang menjadi kreatif. Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi kreativitas dan potesi inilah yang ingin dijadikan aktual oleh pendidikan. Semangat kreatif, non konformist dan ingin tahu, menonjol dalam diri manusia muda. Manusia umumnya bersikap kritis terhadap nilai-nilai yang ada dan jika mereka menemukan bahwa nilai-nilai itu sudah ketinggalan jaman, maka mereka ingin merombaknya. Disinilah pendidikan berfungsi ganda, menyuburkan kreativitas, atau sebaliknya mematikan kreativitas.

Penekanan terakhir yang digariskan oleh UNESCO sebagai tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia sempurna. Pendidikan bertugas untuk mengembangkan potensi-potensi individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, yang tahu kadar kemampuannya, dan batas-batasnya, serta kerhormatan dirinya.

Pembentukan manusia sempurna ini akan tercapai apabila dalam diri seseorang terjadi proses perpaduan yang harmonis dan integral antara dimensi-dimensi manusiawi seperti dimensi fisik, intelektual, emosional, dan etis. Proses ini berlangsung seumur hidup. Jadi konkritnya pada pokoknya pendidikan itu adalah humansisasi, karena itu mendidik berarti memanusiakan manusia muda dengan cara memimpin pertumbuhannya sampai dapat berdikari, bersikap sendiri, bertanggung jawab dan berbuat sendiri.

Pertanyaan saya adalah bagaimana Anda dapat belajar dengan benar? Sementara, Perpustakaan di sekolah atau kampus yang ada jarang Anda bisa manfaatkan secara optimal ketika sebagai siswa atau mahasiswa. Demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota kabupaten yang tersebar di nusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca. Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah. Kebanyakan sekolah saat ini tidak memadai sebagai tempat untuk menumbuhkan minat baca anak. Hal ini tidak terlepas dari kurikulum pendidikan.

Kurikulum yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu untuk membaca. Banyak siswa yang terlalu sibuk dengan pelajaran yang harus diikuti setiap hari. Belum lagi harus mengerjakan Pekerjaan Rumah yang berlebihan. Oleh karena itu, solusi terbaik dalam membuka jalan pikiran seorang siswa agar mereka mempunyai wawasan yang luas, adalah dengan cara membaca.


Jumat, 17 April 2020

Pemimpin Sukses Tak Pernah Cari Muka Ataupun Pencitraan

Pemimpin Sukses Tak Pernah Cari Muka Ataupun Pencitraan, Tapi Jiwanya Benar-Benar Dikorbankan Untuk Rakyatnya!



Selamat datang pada situs Dengkul-Sarjana
https://dengkul-s1.blogspot.com

       Berikut saya ulas secara singkat tentang sebuah pelajaran penting tentang Pemimpin yang sukses. Para Pemimpin besar selalu komitmen dan bersikap fokus pada tujuan untuk memperbiki keadaan. Ia selalu berharap menjadi seorang Pemimpin atau Politikus yang selalu ada dihati rakyat. Ia percaya bahwa, seorang tokoh besar tidak tercipta dalam waktu yang sebentar. Mereka besar karena melewati waktu-waktu yang sulit, dan dituntut untuk memberikan keputusan yang cepat untuk Bangsa dan Negaranya. Pemimpin besar menghadapi dan hadir dalam peristiwa-peristiwa besar.
Seperti Nelson Mandela yang melewati masa-masa panjang di penjara untuk memperjuangkan kesetaraan orang kulit hitam. Soekarno yang harus banyak mengalami peristiwa pembuangan dan dipenjarakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Rakyat Indonesia. Abraham Lincoln yang pernah memimpin Amerika Serikat disaat Negara itu terancam perpecahan karena perang saudara dan Dia berhasil meyakinkan kembali rakyat Amerika. Serta Fidel Castro yang telah mampu mengurangi kemiskinan, melaksanakan pendidikan, dan pelayanan kesehatan gratis untuk rakyatnya. 
George Washington yaitu salah satu pemimpin pendiri Amerika Serikat. Dia merupakan presiden pertama Amerika Serikat. Dia seorang pemimpin yang brilian dan menancapkan landasan demokrasi dalam keberlanjutan Negara Amerika Serikat. Tak heran jika Washington dikenal sebagai founding father atau bapak bangsa Amerika.
Tokoh lain yang patut kita contoh ialah Muhammad Yunus. Ia adalah tokoh yang dikenal pemberantas kemiskinan melalui Grameen Bank yang didirikannya. Yunus mulai tahun 1974 sudah peduli terhadap nasib orang-orang miskin. Bersama mahasiswa Universitas Cittagong Yunus berkunjung ke Desa miskin yang ada di Banglades. Ia melihat kesedihan, sejak saat itulah Ia berjuang untuk membantu mengentaskan kemiskinan (Supriyanti, 2008).
Terlepas dari apa yang kemudian terjadi di Negara yang telah mereka perjuangkan, namun, para pemimpin ini telah mempertaruhkan hidupnya untuk rakyat banyak. Mereka memperjuangkan cita-cita yang mereka yakini. Dengan ketabahan dan didukung oleh kemauan yang besar, akhirnya mereka membuktikan dan mencatatkan pada sejarah dunia.
Dengan mengetahui biografi para pemimpin besar dunia ini, kita dapat mengambil pengalaman besar mereka dan menjadikannya berguna untuk kehidupan manusia. Mereka dipilih karena mereka dianggap sebagai pemimpin yang mempesona dunia. Tak jarang mereka berani menempuh resiko yang besar demi keberhasilan kesuksesan kepemimpinan mereka. Inilah kemauan penting pada diri kita, pelajaran penting jika ingin menjadi seorang pejuang, dan politikus yang selalu berada dihati rakyat. Jadilah Pemimpin/politikus sejati. Dan jangan pernah menjadi seperti para koruptor-koruptor yang kini tidur di penjara itu.

Rabu, 15 April 2020

Pantesan Suksesmu Kelamaan, Ternyata Gelar Sarjanamu Terlalu Dimakan Gengsi!

(Sumber gambar: https://wartaindo.news)

          Salah satu keinginan yang biasanya jarang dicita-citakan oleh setiap orang, selain menjadi dokter, pengusaha, dosen, guru, dan pegawai kantoran adalah menjadi petani. Padahal menjadi seorang petani apabila kita mampu berkomitmen dan fokus pada tujuan yang kita harapkan, maka menjadi petanipun bisa menjadi salah satu jalan untuk mendatangkan keberhasilan yang jauh lebih dari profesi yang ada. Keberhasilan baik dalam bentuk finansial maupun kesejahteraan lainnya. Apa yang salah dengan pekerjaan menjadi seorang petani? Kenapa sedikit sekali orang yang ingin berkecimpung dalam pertanian?
          Mungkin saja karena pekerjaan sebagai seorang petani kurang bergengsi. Terlihat kotor karena setiap hari berkutat dengan tanah atau lumpur di sawah. Namun coba berpikir sekali lagi Anda adalah Sarjana pertanian yang sudah sepatutnya ahli dalam mengembangkan segala potensi pertanian, kenapa lebih memilih sibuk mencari lowongan pekerjaan kemana-mana? Daripada Anda mondari-mandir tidak jelas, apakah tidak sebaiknya menggarap lahan-lahan tidur dikawasan Anda? Pertanyaan ini juga berlaku untuk Anda yang tamatan Sarjana pendidikan, Sarjana ekonomi, dan lulusan Perguruan tinggi lainnya. Untuk apa ilmu yang telah Anda dapatkan di Kampus jika hanya setelah lulus berakhir dalam situasi sibuk mencari lowongan pekerjaan?
          Saya ambil contoh di Bali, lulusan Perguruan Tinggi yang menganggur khususnya diploma dan Sarjana justru mengalami peningkatan. Seperti yang sudah saya paparkan di awal, pengangguran itu terjadi karena mereka “dimakan” gengsi. Pengamat mengakui lulusan Sarjana Perguruan tinggi masih banyak yang cengeng dan dimakan oleh gengsi dalam memilih pekerjaan. Mereka cenderung memilih mencari kerja, bukan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Ironisnya, hampir sebagian besar orang ingin menjadi sukses dikemudian hari. Namun ketika diminta memilih, sebagian besar lebih memilih untuk menjadi pekerja yang sukses atau top eksekutif daripada menjadi wirausaha atau petani yang sukses.
Melihat kondisi itu, salah satu kegiatan pemberdayaan kegiatan pertanian yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan solusi yang komprehensif. Upaya ini dilakukan sekaligus untuk menghindarkan generasi muda terjerumus dalam tindakan kriminal akibat tidak memiliki pekerjaan. Saat ini kita perlu mengembangkan teknologi pertaniaan modern untuk meningkatkan kesejahteraan. Selain itu, pemikiran atau mindset untuk menjadi petani yang berhasil juga perlu kita pupuk sejak dini. Kita lah yang bertanggung jawab atas keberhasilan kita sendiri. Jangan menjadi petani yang biasa-biasa saja, jadilah petani yang luar biasa. Anda yang sudah mempunyai ilmu dan pengalaman baik dalam bidang pertanian, kembangkanlah inovasi Anda sampai berhasil. Tidak bisa kita bertani secara konvensional saja terus menerus. Dulu Negara Thailand belajar bertani ke Indonesia, namun pertanian mereka sekarang jauh lebih maju dibandingkan Indonesia saat ini. Jadilah petani, berjuanglah sampai berhasil. Petani adalah pekerjaan mulia. Jangan dimakan gengsi oleh Ijasah Sarjanamu!. Jadilah Petani yang terdidik dan modern.
Baca juga: Luncurkan Gerakan Tani Milenial, Kementan Rangkul 4 Juta Santri Bangun Pertanian

Senin, 13 April 2020

Damn…!!! Gelar Tinggi tidak Menentukan Kesuksesan?




Kekaguman Gates pada sosok Mark Zuckerberg Boss sekaligus pendiri Facebook bisa juga dijadikan sebuah pelajaran hidup. Gates yang jauh kelihatan mempesona tanpa kekurangan sesuatu apapun nampaknya Ia juga mengalami penyeselan karena tidak bisa menguasai beberapa bahasa asing secepat Zuckerberg. Akibat perkembangan bisnis teknologi yang kiat cepat di dunia, Gates mau tidak mau harus belajar dari awal untuk menguasai bahasa asing tersebut. Artinya Anda tidak boleh lengah dengan perasaan cepat puas begitu saja. Cukup bersyukur, namun teruslah bertindak untuk rasa syukur yang lebih besar lagi.
Pertanyaan saya, apakah Anda tetap ingin keluar dari sekolah atau kampus Anda sekarang seperti tokoh legendaris itu? Kalau jawaban Anda ‘ya’ Dapatkah Anda belajar sebanyak dan secepat mereka? Dapatkah Anda menerima kekecewaan jika menjadi gagal?, kalau jawaban Anda tetap pada kata ‘ya’, maka keluarlah dari kampus dan bertanggungjawablah pada kata ‘ya’ yang Anda ucapkan pada diri Anda sendiri, belajarlah dengan cepat di luar sana, dan jangan pernah menyerah. Seperti kata Anthony Robbins, hanya Andalah yang dapat merancang takdir hidup Anda.
Riset yang dilakukan Thomas J. Stanley, Ph.D., seorang pengarang dalam bukunya The Millionaire Next Door juga mengemukakan bahwa, gelar pendidikan terkadang tidak berhubungan dengan kekayaan dan kesuksesan seseorang. Hal tersebut hanya berlaku untuk profesi tertentu seperti dokter atau pengacara. Bukan berarti pendidikan tidak penting, Ia ingin mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan semata. Seseorang mampu mandiri secara finansial ketika Ia mampu berinovasi dan menemukan solusi dalam menghadapi masalah keuangan yang sedang dihadapinya. Biasanya mereka jatuh pada pilihan untuk menciptakan peluang usaha dengan bisnis yang dikembangkannya. Selain itu banyak juga ditemukan dari hasil penelitian yang menunjukkan kesuksesan individu dalam bekerja hanya dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian individu bukan saja selembar ijazah. Teori kepribadian lima faktor (five factors personality) banyak dipakai untuk meninjau kesuksesan dalam bekerja. Lima faktor kepribadian tersebut merupakan gambaran mengenai karakteristik khas individu yang unik dan relatif stabil.
Lima faktor itu antara lain: Ketahanan Pribadi (conscientiousness) yang ditunjukkan dengan karakter gigih, sistematis, pantang menyerah, motivasi tinggi dan tahan terhadap beban pekerjaan; Ekstraversi (extraversion) yang ditandai dengan keterampilan membina hubungan dan komunikasi yang efektif, pandai bergaul, bekerja sama, aktif, mengutamakan kerjasama, atraktif dan asertif (terbuka); Keramahan (agreableness) yaitu sikap ramah, rendah hati, tidak mau menunjukkan kelebihannya, mudah simpati, hangat, dapat dipercaya dan sopan; Emosi Stabil (emotion stability) yang ditandai dengan sikap yang tenang, tidak mudah cemas dan tertekan, mudah menerima, tidak mudah marah dan percaya diri.
Dan yang terakhir keterbukan terhadap pengalaman (openess) artinya Individu dengan tipe ini memiliki daya pikir yang imajinatif, menyukai tantangan, anti kemapanan, kreatif, kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Faktor kepribadian ini didapatkan dari penelitian yang bertahun-tahun dilakukan dalam kajian psikologi yang merupakan intisari dari karakteristik kepribadian manusia. Dari kelima faktor di atas, faktor katahanan pribadi dan kestabilan emosi merupakan prediktor yang paling besar terhadap kesuksesan dalam bekerja secara umum (Barrick dkk., 2001).
Saya berkata seperti ini, apa berarti secara diam-diam Anda harus mengikuti saran saya untuk mengesampingkan pendidikan? Jelaslah tidak. Apakah saya provokator yang mengarahkan hidup Anda pada jalan kegagalan dengan anjuran bahwa, Anda boleh keluar dari sekolah? Ketahuilah, sampai saat ini saya tetap berpegang teguh bahwa pendidikan itu penting bagi siapapun itu, saya terus belajar bahkan diusia yang sangat mudapun saya berusaha keras menyelesaikan pendidikan Pascasarjana. Keputusan itu saya lakukan karena saya merasa tidak secepat Gates dalam urusan belajar dan orang-orang yang sengaja dropout di luar sana. Saya telah meyakini bahwa, pendidikan yang sebenarnya akan menjadi bangunan yang megah dalam jiwa. Oleh karena itu sampai saat ini pun saya tetap belajar, anythime and everywhere.


Mindset Sukses: Kuliah Itu Cari Ilmu, Bukan Cari Nilai Apalagi Unjuk Gengsi!



“Karakter yang membuat kita keluar dari tempat tidur, komitmen yang memindahkan kita ke dalam tindakan, dan disiplin yang membuat kita mampu untuk menindaklanjuti.”
-Zig Ziglar-

Pendidikan bukan hanya semata-mata melaksanakan kurikulum. Jauh lebih penting dari itu adalah falsafah pendidikan itu sendiri. Apa falsafah terhadap murid, kurikulum pendidikan dan guru. Dan yang tidak bisa diabaikan juga adalah bagaimana falsafah itu dijabarkan dalam tataran praktis kehidupan. Sekolah itu untuk cari ilmu, bukan untuk cari nilai. Setiap orang dalam kehidupan kita itu adalah guru, dan setiap tempat dimana kita berpijak itu adalah sekolah. Dan itulah laboratorium kehidupan.
Dimana ada pendidikan disitulah akan bangkit peradaban yang agung. Pendidikan bukanlah milik mereka yang kaya saja, bukan pula kekuatan mereka yang cerdas. Pendidikan adalah milik mereka yang mau belajar, mencari kebenaran, menemukan kekuatan, dan membawa perubahan. Pendidikan yang sebenarnya akan menjadi bangunan yang megah dalam jiwa.
Namun kini tempat yang semestinya kita gunakan sebagai pusat untuk menimba ilmu. Seolah-olah telah berubah menjadi wadah untuk menyalurkan gaya, penampilan, dan sedikit kesombongan. Bagaimana tidak saya berbicara demikian. Ini pengalaman saya sewaktu ikut menjadi Tim Pokja (kelompok kerja) pengembangan soft skill di kampus dan saya yang bertugas mengkoordinir atas mandat dari salah satu dosen saya. 
Saya temui mereka satu persatu, saya amati, saya observasi, saya ajak komunikasi hasilnya itulah yang saya temukan. Sedikit sekali dari mereka yang datang ke kampus benar-benar mengetahui tujuan utamanya. Parahnya lagi ketika diberikan angket jawaban responden benar-benar menggambarkan bahwa mereka tidak memiliki minat yang tinggi untuk berprestasi atau belajar dengan bersungguh-sungguh. Atribut soft skill jauh dari mereka. 
Apa yang sebenarnya Anda cari ke kampus? Berpakaian necis seperti menirukan selebritis yang identik dengan gaya hidup mewah. Motor bagus, mobil mahal dan mengkilap demikian yang banyak dapat kita lihat di beberapa kampus saat ini. ini bukanlah rasa iri pribadi saya terhadap situasi demikian, namun dari pengamatan yang saya lakukan tampaknya telah terjadi pergeseran dan motif-motif yang berbeda pada mereka yang datang ke kampus saat ini.
Apakah  berpenampilan necis itu tidak baik di kampus? Apakah ada yang salah ketika mahasiswa menaiki mobil mewah? Tentu saja jawabannya saya adalah tidak. Kita mengerti untuk datang ke tempat-tempat resmi atau tempat umum sudah seharusnya berpakaian rapi dan sopan sebagai bentuk kepribadian kita. Namun Anda telah melihat sendiri sekarang kita tidak bisa melihat hanya dari sisi tampilannya saja kan? Kita telah keliru. Lihat saja pakaian koruptor yang sebelumnya sangat meyakinkan itu. 
Meskipun saat ini banyak mahasiswa yang mengatakan datang ke kampus dengan alasan untuk belajar, tetapi hanya sedikit dari mereka yang tahu bagaimana cara belajar yang baik. Mereka hanya datang duduk diam. Mereka sibuk mencari akal bagaimana mendapatkan nilai yang bagus. Entah dengan menggunakan pendekatan pribadi dengan Dosennya, tukar menukar atau barter, bahkan mengancam Dosennya seperti peristiwa pembunuhan Dosen oleh mahasiswanya baru-baru ini.
Mereka hanya tahu cara belajar dalam dunia formal saja. Padahal dalam dunia informal ataupun nonformal banyak pengetahuan yang bisa kita dapatkan. Seperti pendapat Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Self Driving, generasi yang seperti ini adalah generasi yang akan tumbuh menjadi passenger atau generasi yang bermental penumpang yang dintandai dengan mental-mental sebagai berikut:
1)   Sudah puas dengan keadaan sekarang
2)   Tidak menyukai tantangan baru
3)   Takut menghadapi masalah dan takut melakukan kesalahan
4)   Dikendalikan oleh autopilotnya
5)   Sangat mencintai jabatan atau kekuasaan
6)   Menyandera organisasi sebagai alat untuk menumpang hidup
Ini baru dikalangan mahasiswa. Saya juga melihat ada yang kurang baik dari kalangan akademisi yang mengelola kampusnya dan yang mengajarnya juga. Mereka hanya mampu mencetak orang yang katanya pintar secara akademis namun jauh dari nilai-nilai kejujuran dan cinta kasih. Saat mahasiswa itu telah tumbuh dan memasuki dunia birokrasi atau perusahaan, akibatnya kebenaran menjadi sulit ditemukan. Korupsi merajalela bahkan merasuk ke kampus-kampus yang dilakukan secara terbuka oleh orang-orang pintar tanpa rasa malu, kejujuran menjadi sesuatu yang sulit ditemukan, dan keadilan mudah tergadaikan.
Dalam konteks inilah sebenarnya kita harus memandang problem substansial dari dunia pendidikan tinggi kita. Kampus telah kehilangan rohnya, tidak ada lagi tradisi akademik yang mengedepankan keterbukaan, kejujuran, dan pertangungjawaban, tidak ada lagi reward or punishment secara obyektif bagi yang berprestasi atau bermasalah, tidak ada lagi budaya diskusi yang baik sebagai sarana disseminasi IPTEKS, tidak ada lagi budaya membaca dan meneliti sehingga perpustakaan dan penelitian diperlakukan apa adanya, dan akhirnya tidak ada lagi academic responsibility dalam praktik kehidupan akademik.
Beberapa hal di atas hanyalah segelintir indikator dalam budaya akademik yang harusnya kita miliki, yang merupakan core values dan harusnya senantiasa melekat dalam pengelolaan masyarakat akademik, sehingga bilamana ciri khas ini hilang, maka hilanglah masyarakat akademik itu. Inilah yang menyebabkan kenapa mereka yang datang ke kampus tidak menjadi cerdas. Nilai A yang mereka dapatkan itu menjadi nilai semu yang sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Sekali lagi kita cermati bahwa, bagi yang datang ke Universitas itu mestinya belajar. Fokusnya ialah belajar dan sanggup berkotor-kotor dalam segala aktivitas kampus, baik itu dalam kegiatan belajar berkelompok atau dalam komunitas, mengikuti kegiatan organisasi mahasiswa, ataupun mendirikan kelompok-kelompok kecil yang mempunyai visi membawa perubahan.

Minggu, 12 April 2020

Jika dengan Ijasah SD Saja Bisa Sukses, Ngapain Lagi Kuliah?



Banyak sekali contoh orang sukses di dunia ini yang sukses tanpa ijazah seperti Bill Gates. Orang sukses di dunia sebagian besar justru berasal dari orang-orang yang tidak lulus sekolah tinggi. Sebagian dari mereka keluar dari pendidikan dasar, menengah, atau perguruan tinggi. Mereka mengambil keputusan itu, karena telah punya alasan yang kuat dalam hatinya. Kita bisa lihat Andy F. Noya salah satu anggota Pimpinan Redaksi Metro TV itu dulunya belum lulus Sarjana. Sejak kecil ia jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Sekarang beliau berhasil sukses dibidangnya.
Berikutnya dari tokoh motivator dibidang bisnis yaitu Andrie Wongso, ia terlahir dari sebuah keluarga miskin di sebuah Kota. Diusianya yang ke 11 tahun kira-kira waktu itu kelas 6 SD, terpaksa harus berhenti sekolah karena sekolahnya ditutup. Masa kecil hingga remajanya pun sudah biasa membantu orang tua untuk membuat dan berkeliling berjualan kue ke toko-toko dan pasar. Hingga kesuksesan terus mengantarkannya sampai menjadi motivator hebat di Indonesia. Kalau Anda masih membutuhkan lebih banyak lagi orang-orang yang bisa memberikan Anda inspirasi sebagai orang yang tidak pernah menamatkan sekolah, silahkan lihat lebih banyak lagi dalam daftar berikut ini.
1) George Washington pernah tidak tamat sekolah, namun bisa menjadi Presiden Amerika Serikat
2) Abraham Lincon pernah tidak tamat sekolah, namun bisa juga menjadi Presiden Amerika Serikat seperti George Washington
3)   Benjamin Franklin (Duta Besar AS)
4)   Wiston Churchill (Perdana Menteri Inggris)
5)   Rac Kroc (Pendiri McDonald’s)
6)   Ted Turner (Pendiri CNN)
7)   Peter Jackson (Sutradara filem Lord Of the Ring)
8)   Mark Twain (Penulis)
9)   Li ka Shing (Orang terkaya di Asia)
10)               Richard Branson (Pendiri Virgin Atlantik)
11)               Henry Ford (Pendiri Ford Motor Company)
12)               Bill Gates (Pendiri Microsoft)
13)               Enzo Ferrari (Pendiri Ferrari)
14)               Steve Jobs (Pendiri Apple)
15)               Mark Zuckerberg (Pendiri Facebook)
16)               John D. Rockefeller (Pendiri Standar Oil)
17)               Ralph Lauren (Desainer dan Pengusaha)
18)               Robert Frost (Penyair)
19)               Larry Ellison (Pendiri Oracle)
20)               Tom Anderson (Pendiri MySapce)

Bagi Anda, saya mungkin terlalu kejauhan memberikan contoh untuk sebuah perbandingan hidup yang bisa meyakinkan Anda. Baiklah mungkin Anda perlu membaca sedikit lagi cerita dari saya. Tempo hari saya menambahkan seseorang di akun Facebook. Ia terlihat sederhana dan wajahnya sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang di Bali. Singkat kata saya tertarik membuka beranda akun Facebooknya, dari pertemanan itu akhirnya saya mengetahui banyak tentangnya, tentunya yang berkaitan dengan prestasinya.
Konon sejak tahun 1990, ternyata Ia hanyalah seorang pemuda tanggung yang berkeliaran di daerah Sanur, Bali seperti para gelandangan. Ia putus sekolah. Saat itu Ia hanya seorang tukang cuci mobil para wisatawan yang liburan ke Bali. Namun siapa sangka pemuda yang dulunya dikenal sebagai anak jagonya miskin dan bodoh, bahkan sampai sering kelaparan dimasa kecil, kini berhasil memiliki jaringan bisnis yang cukup terkenal. Siapa yang tidak kenal dengan sosok Ajik Cok (Gusti Ngurah Anom) pemilik Toko Raja Oleh-oleh Krisna Bali? Ajik Cok adalah sosok pengusaha fenomenal di Bali saat ini.
Sebagaimana juga diceritakan dalam buku biografi yang ditulis oleh A. Bobby Pr. yang berjudul ”Ajik Cok (Lihat, Tiru, Kembangkan) yang mengisahkan dirinya bahwa, dalam waktu kurang dari 15 tahun kesuksesan sudah dapat diraih oleh Ajik Cok. Antara percaya atau tidak kerabat lamanyapun tak percaya kalau Ajik Cok sekarang sudah menjadi Bos. Ia telah berhasil mendirikan Toko oleh-oleh Krisna hampir di berbagai tempat di Bali, Krisna Wisata Kuliner (KWK), Krisna Auto Galery, Krisna Moda Boutique, Krisna Bali Wisata, Krisna Art Galery, dan kegiatan bisnis lainnya. Sungguh dahsyat kan seorang Ajik Cok?
Siapa juga yang tidak tahu dengan sosok satu ini. Sosok yang mengembangkan usahanya dari Toserba hingga ke Retail seperti dilansir dalam www.hardysholding.com. Dulunya Ia adalah keluarga petani dan pedagang. Orang tuanya dari dulu aktivitasnya adalah di perkebunan dan perdagangan. Sejak kecil itulah tanpa disadari Ia selalu terlibat dalam berbagai aktivitas pertanian dan perdagangan. Tidak disangka pemiliki nama Ir. Gede Agus Hardiawan kini adalah Owner PT Hardys Retailindo yang berbasis di Bali dan Jawa Timur. Bidang usahanya super market yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Bali dan beberapa kota lain seperti Banyuwangi, Jember, dan Mataram. Kelompok usaha keluarga Hardy’s adalah Hardy’s Gatot Subroto, Hardy’s Sesetan, Hardy’s Tukad Pakerisan, Hardy’s Tabanan, Hardy’s Sanur, Hardy’s Gianyar, Hardy’s Buleleng, Hardy’s Negara, Hardy’s Karangasem, Hardy’s Banyuwangi, Hardy’s Mataram, dan Hardy’s Jember.
Itulah contoh orang-orang yang benar-benar memiliki komitmen belajar dan keyakinan yang sangat kuat untuk sukses tanpa harus memiliki ijazah. Masih banyak lagi contoh di dunia ini yang bisa sukses tanpa ijazah. Intinya mereka tidak pernah berhenti belajar. Mereka bisa sukses dari cara berpikirnya yang briliant. Anda bisa menjadi sukses dengan mengubah cara berpikir, bukan besarnya kepala Anda (kepintaran otak anda). Serta mempercayai bahwa, dalam diri Anda terdapat kemampuan yang tertidur yang sewaktu-waktu bisa digunakan untuk mewujudkan apapun yang Anda harapkan.


Terpopuler