Belajarlah yang benar!!!!
“Hidup itu
bukan soal menemukan diri Anda sendiri. Hidup adalah tentang menciptakan diri
sendiri.”
-George
Bernard Shaw-
Untuk
apa kita kuliah? kurang lebih itulah pertanyaan yang sering ditanyakan teman
saya waktu awal kuliah dulu, dan sampai sekarang masih hangat membekas dalam
ingatan saya. Buat apa kita kuliah jika sampai saat ini ribuan Sarjana yang
masih menganggur dan sekian banyak pula yang sibuk dan bingung mencari
pekerjaan. Apakah dengan menempuh pendidikan yang semakin tinggi akan dapat
mewujudkan mimpi-mimpi kita dan termasuk harapan orang tua kita.
Lalu,
dada sayapun terisak dan mulai serius berpikir dengan pertanyaan itu. Sayapun
menjelaskan “pokonya jalani saja dulu, persoalan nanti setelah selesai kuliah
bisa mendapat kerja sesuai harapan atau tidak itu persoalan belakangan”. Saya
juga katakan kepadanya bahwa soal rejeki sudah ada yang mengatur. Sesudah
sekian lama berjalan akhirnya kitapun sama-sama menyelesaikan studi.
Singkat
cerita setelah sekian lama bertemu Ia sesekali pernah menelpon saya. Ia sering
menertawai saya karena saya diketahui selalu sibuk dengan sebuah komputer dan
tas ransel yang berisi buku kemanapun saya pergi. Ia selalu meledek saya dengan
kata begini “sudahilah membaca bukumu itu, jangan terlalu serius sekali jadi
orang” sayapun mengernyitkan alis. Sayapun berkata dalam hati “pantas saja akun
media sosialnya dipenuhi dengan kata-kata kurang sedap. Padahal lulusan
Perguruan tinggi terbaik, tapi mulutnya protes saja dengan kondisi hidupnya.
Ini
bukanlah persoalan menjelekan seorang teman, namun lebih dari itu. Kita bisa
menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran hidup. Setelah sekian lama selesai
menempuh pendidikan ternyata teman saya itu masih mengganggur, katanya sulit
mendapat pekerjaan. Ketika diterima di sebuah instansi, kabarnya Ia pun merasa
kesulitan, merasa payah, menganggap diri bodoh, dan akhirnya jenuh dengan
pekerjaannya. Sayangnya Ia tidak berpikir untuk belajar lagi di dunia kerja. Ia
berpikir ilmu kampus yang sudah usang itu seluruhnya akan dapat digunakan.
Setelah
lama saya telusuri ternyata terdapat perbedaan yang cukup besar mengenai
pemahaman seseorang terhadap makna belajar yang sesungguhnya ketika seseorang
ada di dunia kampus (sekolah) dan di dunia kerja. Ketika di kampus, entah
apapun alasannya, kita punya niat untuk belajar. Kita membaca buku yang disuruh
guru atau dosen. Kita mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan membuat paper
sebagai persyaratan untuk mendapat nilai mata kuliah. Kita mau belajar
sekalipun karena terpaksa.
Lantas
ketika Anda berada di dunia kerja, Anda mulai bertanya kenapa harus terus
belajar. Setelah selesai sekolah atau kuliah dan setelah mulai kerja, minat
belajar sedikit banyak mengalami perubahan. Tidak ada lagi menuntut kita untuk
membaca. Tidak ada dosen yang menyuruh kita mengerjakan tugas di rumah. Tidak
ada keharusan bagi kita untuk membaca buku. Proses belajar berubah setelah
selesai kuliah.
Disadari
atau tidak, kita tidak pernah berhenti belajar. Apakah itu karena alasan
tertentu atau karena keadaan memaksa, kita terus belajar. Namun, proses belajar
ini sering tidak kita arahkan. Kita tidak fokus terhadap apa yang seharusnya
dipelajari. Ada yang memberikan Anda nasehat untuk hal-hal yang perlu
dipelajari, tetapi nasihat-nasihat itu kadang lewat begitu saja.
Kita
memahami betul bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan individu agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai
masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik
penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh setiap
individu, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk
membantu dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang
dialami dalam setiap periode perkembangan.
Dengan
kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai
keberhasilan dalam perkembangan individu. Pendidikan adalah pengalaman yang
dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami seseuatu
yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena ada
interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu
menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses
perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi kehidupan seseorang atau kelompok
dalam lingkungannya.
Proses
belajar yang benar akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif (penalaran,
penafsiran, pemahaman, dan penerapan informasi), peningkatan kompetensi
(keterampilan, intelektual dan sosial), serta pemilihan dan penerimaan secara
sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan perasaan, serta kemauan untuk
berbuat atau merespon sesuatu rangsangan (stimuli).
Pendidikan
dapat membukakakan jalan yang lebih besar untuk menjadikan seseorang meraih
impiannya. Orang yakin dan percaya untuk menanggulangi kemiskinan, cara utama
adalah dengan memperbesar jumlah penduduk yang bersekolah dan terdidik dengan
baik. Dengan kata lain, pendidikan dipandang sebagai jalan menuju kemakmuran.
Pendidikan
semestinya mengarah kepada kreativitas. Artinya, pendidikan harus membuat orang
menjadi kreatif. Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi kreativitas dan
potesi inilah yang ingin dijadikan aktual oleh pendidikan. Semangat kreatif,
non konformist dan ingin tahu, menonjol dalam diri manusia muda. Manusia
umumnya bersikap kritis terhadap nilai-nilai yang ada dan jika mereka menemukan
bahwa nilai-nilai itu sudah ketinggalan jaman, maka mereka ingin merombaknya. Disinilah
pendidikan berfungsi ganda, menyuburkan kreativitas, atau sebaliknya mematikan
kreativitas.
Penekanan
terakhir yang digariskan oleh UNESCO sebagai tujuan pendidikan adalah
pembentukan manusia sempurna. Pendidikan bertugas untuk mengembangkan potensi-potensi
individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk
manusia yang pandai, terampil, jujur, yang tahu kadar kemampuannya, dan
batas-batasnya, serta kerhormatan dirinya.
Pembentukan
manusia sempurna ini akan tercapai apabila dalam diri seseorang terjadi proses
perpaduan yang harmonis dan integral antara dimensi-dimensi manusiawi seperti
dimensi fisik, intelektual, emosional, dan etis. Proses ini berlangsung seumur
hidup. Jadi konkritnya pada pokoknya pendidikan itu adalah humansisasi, karena
itu mendidik berarti memanusiakan manusia muda dengan cara memimpin
pertumbuhannya sampai dapat berdikari, bersikap sendiri, bertanggung jawab dan
berbuat sendiri.
Pertanyaan
saya adalah bagaimana Anda dapat belajar dengan benar? Sementara, Perpustakaan
di sekolah atau kampus yang ada jarang Anda bisa manfaatkan secara optimal
ketika sebagai siswa atau mahasiswa. Demikian pula perpustakaan umum yang ada
di setiap kota kabupaten yang tersebar di nusantara ini, pengunjungnya relatif
tidak begitu banyak.
Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca.
Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah.
Kebanyakan sekolah saat ini tidak memadai sebagai tempat untuk menumbuhkan
minat baca anak. Hal ini tidak terlepas dari kurikulum pendidikan.
Kurikulum
yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu untuk membaca. Banyak siswa
yang terlalu sibuk dengan pelajaran yang harus diikuti setiap hari. Belum lagi
harus mengerjakan Pekerjaan Rumah yang berlebihan. Oleh karena itu, solusi
terbaik dalam membuka jalan pikiran seorang siswa agar mereka mempunyai wawasan
yang luas, adalah dengan cara membaca.