Artikel Terkini

Jasa Layanan Menulis

Kami adalah Freelancer yang menawarkan jasa/layanan penulisan yang berkualitas dan bergaransi, serta dengan harga terjangkau untuk sebuah ko...

Senin, 13 April 2020

Damn…!!! Gelar Tinggi tidak Menentukan Kesuksesan?




Kekaguman Gates pada sosok Mark Zuckerberg Boss sekaligus pendiri Facebook bisa juga dijadikan sebuah pelajaran hidup. Gates yang jauh kelihatan mempesona tanpa kekurangan sesuatu apapun nampaknya Ia juga mengalami penyeselan karena tidak bisa menguasai beberapa bahasa asing secepat Zuckerberg. Akibat perkembangan bisnis teknologi yang kiat cepat di dunia, Gates mau tidak mau harus belajar dari awal untuk menguasai bahasa asing tersebut. Artinya Anda tidak boleh lengah dengan perasaan cepat puas begitu saja. Cukup bersyukur, namun teruslah bertindak untuk rasa syukur yang lebih besar lagi.
Pertanyaan saya, apakah Anda tetap ingin keluar dari sekolah atau kampus Anda sekarang seperti tokoh legendaris itu? Kalau jawaban Anda ‘ya’ Dapatkah Anda belajar sebanyak dan secepat mereka? Dapatkah Anda menerima kekecewaan jika menjadi gagal?, kalau jawaban Anda tetap pada kata ‘ya’, maka keluarlah dari kampus dan bertanggungjawablah pada kata ‘ya’ yang Anda ucapkan pada diri Anda sendiri, belajarlah dengan cepat di luar sana, dan jangan pernah menyerah. Seperti kata Anthony Robbins, hanya Andalah yang dapat merancang takdir hidup Anda.
Riset yang dilakukan Thomas J. Stanley, Ph.D., seorang pengarang dalam bukunya The Millionaire Next Door juga mengemukakan bahwa, gelar pendidikan terkadang tidak berhubungan dengan kekayaan dan kesuksesan seseorang. Hal tersebut hanya berlaku untuk profesi tertentu seperti dokter atau pengacara. Bukan berarti pendidikan tidak penting, Ia ingin mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan semata. Seseorang mampu mandiri secara finansial ketika Ia mampu berinovasi dan menemukan solusi dalam menghadapi masalah keuangan yang sedang dihadapinya. Biasanya mereka jatuh pada pilihan untuk menciptakan peluang usaha dengan bisnis yang dikembangkannya. Selain itu banyak juga ditemukan dari hasil penelitian yang menunjukkan kesuksesan individu dalam bekerja hanya dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian individu bukan saja selembar ijazah. Teori kepribadian lima faktor (five factors personality) banyak dipakai untuk meninjau kesuksesan dalam bekerja. Lima faktor kepribadian tersebut merupakan gambaran mengenai karakteristik khas individu yang unik dan relatif stabil.
Lima faktor itu antara lain: Ketahanan Pribadi (conscientiousness) yang ditunjukkan dengan karakter gigih, sistematis, pantang menyerah, motivasi tinggi dan tahan terhadap beban pekerjaan; Ekstraversi (extraversion) yang ditandai dengan keterampilan membina hubungan dan komunikasi yang efektif, pandai bergaul, bekerja sama, aktif, mengutamakan kerjasama, atraktif dan asertif (terbuka); Keramahan (agreableness) yaitu sikap ramah, rendah hati, tidak mau menunjukkan kelebihannya, mudah simpati, hangat, dapat dipercaya dan sopan; Emosi Stabil (emotion stability) yang ditandai dengan sikap yang tenang, tidak mudah cemas dan tertekan, mudah menerima, tidak mudah marah dan percaya diri.
Dan yang terakhir keterbukan terhadap pengalaman (openess) artinya Individu dengan tipe ini memiliki daya pikir yang imajinatif, menyukai tantangan, anti kemapanan, kreatif, kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Faktor kepribadian ini didapatkan dari penelitian yang bertahun-tahun dilakukan dalam kajian psikologi yang merupakan intisari dari karakteristik kepribadian manusia. Dari kelima faktor di atas, faktor katahanan pribadi dan kestabilan emosi merupakan prediktor yang paling besar terhadap kesuksesan dalam bekerja secara umum (Barrick dkk., 2001).
Saya berkata seperti ini, apa berarti secara diam-diam Anda harus mengikuti saran saya untuk mengesampingkan pendidikan? Jelaslah tidak. Apakah saya provokator yang mengarahkan hidup Anda pada jalan kegagalan dengan anjuran bahwa, Anda boleh keluar dari sekolah? Ketahuilah, sampai saat ini saya tetap berpegang teguh bahwa pendidikan itu penting bagi siapapun itu, saya terus belajar bahkan diusia yang sangat mudapun saya berusaha keras menyelesaikan pendidikan Pascasarjana. Keputusan itu saya lakukan karena saya merasa tidak secepat Gates dalam urusan belajar dan orang-orang yang sengaja dropout di luar sana. Saya telah meyakini bahwa, pendidikan yang sebenarnya akan menjadi bangunan yang megah dalam jiwa. Oleh karena itu sampai saat ini pun saya tetap belajar, anythime and everywhere.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler