Kekaguman Gates pada
sosok Mark Zuckerberg Boss sekaligus pendiri Facebook bisa juga dijadikan sebuah pelajaran hidup. Gates yang
jauh kelihatan mempesona tanpa kekurangan sesuatu apapun nampaknya Ia juga
mengalami penyeselan karena tidak bisa menguasai beberapa bahasa asing secepat
Zuckerberg. Akibat perkembangan bisnis teknologi yang kiat cepat di dunia,
Gates mau tidak mau harus belajar dari awal untuk menguasai bahasa asing
tersebut. Artinya Anda tidak boleh lengah dengan perasaan cepat puas begitu
saja. Cukup bersyukur, namun teruslah bertindak untuk rasa syukur yang lebih
besar lagi.
Pertanyaan saya,
apakah Anda tetap ingin keluar dari sekolah atau kampus Anda sekarang seperti
tokoh legendaris itu? Kalau jawaban Anda ‘ya’ Dapatkah Anda belajar sebanyak
dan secepat mereka? Dapatkah Anda menerima kekecewaan jika menjadi gagal?,
kalau jawaban Anda tetap pada kata ‘ya’, maka keluarlah dari kampus dan bertanggungjawablah pada kata ‘ya’ yang
Anda ucapkan pada diri Anda sendiri, belajarlah dengan cepat di luar sana, dan
jangan pernah menyerah. Seperti kata Anthony Robbins, hanya Andalah yang dapat merancang takdir hidup Anda.
Riset yang dilakukan
Thomas J. Stanley, Ph.D., seorang pengarang dalam bukunya The Millionaire Next Door
juga mengemukakan bahwa, gelar pendidikan terkadang tidak berhubungan dengan
kekayaan dan kesuksesan seseorang. Hal tersebut hanya berlaku untuk profesi
tertentu seperti dokter atau pengacara. Bukan berarti pendidikan tidak penting,
Ia ingin mengemukakan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor pendidikan semata. Seseorang mampu mandiri secara finansial ketika Ia
mampu berinovasi dan menemukan solusi dalam menghadapi masalah keuangan yang
sedang dihadapinya. Biasanya mereka jatuh pada pilihan untuk menciptakan
peluang usaha dengan bisnis yang dikembangkannya. Selain itu banyak juga ditemukan dari hasil
penelitian yang menunjukkan kesuksesan individu dalam bekerja hanya dipengaruhi
oleh karakteristik kepribadian individu bukan saja selembar ijazah. Teori
kepribadian lima faktor (five factors personality) banyak dipakai untuk
meninjau kesuksesan dalam bekerja. Lima faktor kepribadian tersebut merupakan
gambaran mengenai karakteristik khas individu yang unik dan relatif stabil.
Lima
faktor itu antara lain: Ketahanan Pribadi (conscientiousness) yang
ditunjukkan dengan karakter gigih, sistematis, pantang menyerah, motivasi
tinggi dan tahan terhadap beban pekerjaan; Ekstraversi (extraversion)
yang ditandai dengan keterampilan membina hubungan dan komunikasi yang efektif,
pandai bergaul, bekerja sama, aktif, mengutamakan kerjasama, atraktif dan
asertif (terbuka); Keramahan (agreableness) yaitu sikap ramah, rendah
hati, tidak mau menunjukkan kelebihannya, mudah simpati, hangat, dapat
dipercaya dan sopan; Emosi Stabil (emotion stability) yang ditandai
dengan sikap yang tenang, tidak mudah cemas dan tertekan, mudah menerima, tidak
mudah marah dan percaya diri.
Dan
yang terakhir keterbukan terhadap pengalaman (openess) artinya Individu
dengan tipe ini memiliki daya pikir yang imajinatif, menyukai tantangan, anti
kemapanan, kreatif, kritis dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Faktor kepribadian ini didapatkan
dari penelitian yang bertahun-tahun dilakukan dalam kajian psikologi yang
merupakan intisari dari karakteristik kepribadian manusia. Dari kelima faktor di atas,
faktor katahanan pribadi dan kestabilan emosi merupakan prediktor yang paling besar terhadap
kesuksesan dalam bekerja secara umum (Barrick dkk., 2001).
Saya berkata seperti
ini, apa berarti secara diam-diam Anda harus mengikuti saran saya untuk
mengesampingkan pendidikan? Jelaslah tidak. Apakah saya provokator yang
mengarahkan hidup Anda pada jalan kegagalan dengan anjuran bahwa, Anda boleh
keluar dari sekolah? Ketahuilah, sampai saat ini saya tetap berpegang teguh
bahwa pendidikan itu penting bagi siapapun itu, saya terus belajar bahkan
diusia yang sangat mudapun saya berusaha keras menyelesaikan pendidikan
Pascasarjana. Keputusan itu saya lakukan karena saya merasa tidak secepat Gates
dalam urusan belajar dan orang-orang yang sengaja dropout di luar sana. Saya
telah meyakini bahwa, pendidikan yang sebenarnya akan menjadi bangunan yang
megah dalam jiwa. Oleh karena itu sampai saat ini pun saya tetap belajar, anythime and everywhere.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar