Artikel Terkini

Jasa Layanan Menulis

Kami adalah Freelancer yang menawarkan jasa/layanan penulisan yang berkualitas dan bergaransi, serta dengan harga terjangkau untuk sebuah ko...

Minggu, 23 Agustus 2020

Biaya Kuliah 300 Juta, Tamat Kuliah Gaji 300 Rebu

 

Mari renungkan, mengapa mantan mahasiswa yang dulunya memiliki IPK 3 koma bisa juga gagal? Itu karena dulunya Ia memiliki idealisme yang terlalu berlebihan, tidak berani gagal karena takut terlihat bodoh, mudah menyerah, takut kelaur dari zona nyaman karena sudah terbiasa bekerja dengan teori-teori di atas kertas, dan tidak pernah berani mengambil keputusan untuk menjadi seseorang yang berhasil. Sehingga karirnya hanya berakhir pada melamar pekerjaan dan hanya menjadi karyawan biasa tanpa mau mengembangkan diri sedikitpun.

Sekali lagi di sinilah perbedaanya. Seseorang yang telah berhasil dan sukses meraih Indeks Prestasi yang tinggi namun ditinjau dari segi gaji hanya mendapatkan Rp 300 - 500 ribu perbulan bahkan bisa lebih kecil dari itu. Artinya Ia belum berhasil secara finansial. Anda tidak percaya di Indonesia ada gaji sebulan sekecil itu? Jangan khawatir, sampai sekarang saya dan teman-teman masih menyimpan slip gaji itu sebagai kenangan yang mengejutkan Anda. Saya sependapat dengan para guru besar bidang pendidikan yang berpendapat bahwa “Pendidikan itu adalah investasi jangka panjang”, namun kita perlu merefleksi kembali apa yang sesungguhnya terjadi pada pendidikan kita di Negara ini?

Yang lebih menyakitkan lagi seiring biaya pendidikan yang kian menjadi mahal adalah, teman-teman saya bukannya kaya yang dirasakan setamat kuliah, melainkan semakin terpuruk dalam utang pinjaman pendidikan yang kian menumpuk. Saat ini banyak mahasiswa yang sudah menjadi Sarjana meninggalkan kampus dengan kondisi terperangkap dalam utang untuk biaya pendidikan mereka sebelumnya. Pendidikan Universitas menjadi tidak sebanding dengan investasinya yang dikeluarkan sebagai biaya menempuh pendidikan. Gaji lulusan Universitas bisa Anda lihat sendiri kondisinya, dan itu hampir sama artinya Anda adalah Sarjana muda yang menganggur.

Pentingkah saya harus mengatakannya kepada Anda? Sebagai referensi, teman saya dulu kuliah di sebuah Universitas ternama. Ia mengkalkulasi pengeluaran total yang dihabiskan ketika masa kuliah dulu hampir Rp 300 juta. Ini bukan memberitahu Anda kuliah itu rugi, tapi sekali lagi Anda harus tau kebenarannya. Biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan itu sangat mahal, bahkan saya dengar kabar bahwa orang tuanyapun adalah seorang petani biasa. Mari renungkan apakah dengan gaji Rp 300 ribu per bulan Anda selama 10 tahun akan sanggup mengembalikan biaya itu? Kalaupun Anda terpaksa bilang pasti akan sanggup, mungkin Anda butuh waktu seumur hidup Anda memiliki uang sebanyak itu. Akhirnya Ia lelah dengan keadaan dan merasakan frustasi sampai-sampai ingin membakar ijasanya itu.

Kalau hidup kita selalu dikaitkan dengan persoalan untung rugi, mungkin saya terdengar kasar menceritakan hal ini. Tapi saya juga merasa kasihan dengan mereka-mereka yang tulus mengabdi untuk negeri harus turun berdemo di jalanan karena merasa mendapatkan kehidupan yang tidak layak. Mereka menuntut untuk dijadikan sepagai pegawai pemerintahan yang punya penghasilan menjanjijkan bagi kehidupannya. Selama ini hidup mereka terlihat kacau, akibat secara ekonomi profesi yang ditekuninya tidak mampu memberikan akses kesejahteraan. Kabarnya buruknya lagi, teman saya menjadi tidak berdaya karena tidak bisa membayar uang berobat Ibu yang sesungguhnya dulu telah berjuang membiayai dirinya sampai selesai kuliah.

Tidak ada yang dapat kita salahkan dengan keadaan ini. Pemerintah juga telah mencari berbagai cara dalam menyelesaikan persoalan pegawai ataupun pekerja-pekerja perusahaan supaya bisa memiliki penghasilan yang memadai. Namun apa daya, sampai sekarang masih saja keluhan pekerja dan pegawai-pegawai honorer bertambah banyak bermunculan di Negeri ini. kondisi ini bukan saja menegaskan kepada kita bahwa ijazah itu bisa menjadi baik atau  bisa menjadi buruk sebagaimana yang sudah saya bahas pada artikel sebelumnya. Tapi kondisi ini juga menyebabkan kondisi ekonomi kita secara Nasional semakin lemah, terjadinya kemiskinan atau pengangguran dari kalangan terdidik, akses kesehatan yang kurang karena biaya yang kian mahal, pendidikan yang tidak bisa diakses secara merata, dan masalah sosial lainnya.

Menjadi karyawan itu tidak tentunya tidak selalu menjadi penilaian buruk, karena itulah yang sesungguhnya dapat Anda jadikan sebagai awal sebuah perjuangan. Tapi Anda harus lebih cerdas lagi dalam memahami situasinya.

Saatnya Anda segera memutar arah hidup, jangan perdulikan sebarapa jauh sudah Anda keliru dalam situasi ini.

Anda punya keluarga yang harus diperjuangkan, Anda masih punya celah-celah masa depan pada lintasan dan pintu-pintu yang lain. Namun, apabila saat ini Anda sedang ingin keluar dari perangkap atau situasi tersebut, segeralah lakukan tanpa ragu.

Sekalipun Anda berpikir bahwa Anda iklas dan senang dalam menjalani pekerjaan tersebut, meskipun pendapatan Anda jauh di bawah layak. Sayapun sependapat, karena saat itu saya juga mencoba untuk berpikir menjadi bijaksana, yaitu mengabdi untuk Negeri. Sesungguhnya juga kemungkinan Anda telah memperoleh bidang pekerjaan berdasarkan atas kemampuan, bakat, dan kepuasaan batin tersendiri di tempat Anda bekerja sekarang. Barangkali Anda juga sudah merasa cocok dengan pekerjaan itu sesuai potensi diri Anda. Sekali lagi, apa yang saya sampaikan di depan tadi adalah sebuah pesan dan saran-saran pribadi, selanjutnya Andalah yang akan menentukan pilihannya.

Namun dibalik itu semua kita juga perlu berpikir dan merenungkan kembali hikmah dari cerita teman saya yang ingin membakar ijazahnya. Tetapi jika mulai sekarang Anda telah berkeyakinan akan bisa membahagiakan orang tua Anda sampai nanti, mungkin saja kita perlu belajar lebih banyak lagi dari salah satu Coach ternama Indonesia. Ia adalah Tung Desem Waringin, seperti yang dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Financial revolution. Selama ada di tempat kerja yang sekarang, Anda juga bisa berkarir dulu dan melakukan pekerjaan itu dengan kesadaran penuh untuk menabung ilmu, mengumpulkan banyak teman, membangun jaringan koneksi, tanpa terlalu hitungan dengan hasil atau bayarannya.

Menurutnya fokus kita adalah mencari dan menguasai semua ilmunya, mencari kenalan-kenalan yang diperlukan, sambil jalan kita menabung sedikit demi sedikit. Setelah itu kita tawarkan kepada Bos atau para pemilik modal untuk bekerjasama. Buka yang baru sebagai partner atau kita tawarkan kepada kenalan kita yang mampu. Bukalah usaha sendiri atau cari cara buat pekerjaan yang lebih menunjang kelayakan hidup Anda. Itulah sebabnya, bagi Anda yang tidak sempat sekolah tinggi atau tidak memiliki ijazah, jangan khawatir, Anda masih bisa sukses! Anda belum terlambat untuk meraih sukses asalkan mau berusaha mulai dari sekarang ini juga. Bertahan dan berjuanglah secara brilian, berdayakan dirimu secara mutlak, dan kembangkan dirimu secara total, sebab Tuhan tidak pernah terlambat untuk menolong Anda.

 

 


 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler