Mari
renungkan, mengapa mantan mahasiswa yang dulunya memiliki IPK 3 koma bisa juga
gagal? Itu karena dulunya Ia memiliki idealisme yang terlalu berlebihan, tidak
berani gagal karena takut terlihat bodoh, mudah menyerah, takut kelaur dari
zona nyaman karena sudah terbiasa bekerja dengan teori-teori di atas kertas,
dan tidak pernah berani mengambil keputusan untuk menjadi seseorang yang
berhasil. Sehingga karirnya hanya berakhir pada melamar pekerjaan dan hanya
menjadi karyawan biasa tanpa mau mengembangkan diri sedikitpun.
Sekali
lagi di sinilah perbedaanya. Seseorang yang telah berhasil dan sukses meraih
Indeks Prestasi yang tinggi namun ditinjau dari segi gaji hanya mendapatkan Rp
300 - 500 ribu perbulan bahkan bisa lebih kecil dari itu. Artinya Ia belum berhasil
secara finansial. Anda tidak percaya di Indonesia ada gaji sebulan sekecil itu?
Jangan khawatir, sampai sekarang saya dan teman-teman masih menyimpan slip gaji
itu sebagai kenangan yang mengejutkan Anda. Saya sependapat dengan para guru
besar bidang pendidikan yang berpendapat bahwa “Pendidikan itu adalah investasi
jangka panjang”, namun kita perlu merefleksi kembali apa yang sesungguhnya
terjadi pada pendidikan kita di Negara ini?
Yang
lebih menyakitkan lagi seiring biaya pendidikan yang kian menjadi mahal adalah,
teman-teman saya bukannya kaya yang dirasakan setamat kuliah, melainkan semakin
terpuruk dalam utang pinjaman pendidikan yang kian menumpuk. Saat ini banyak
mahasiswa yang sudah menjadi Sarjana meninggalkan kampus dengan kondisi
terperangkap dalam utang untuk biaya pendidikan mereka sebelumnya. Pendidikan
Universitas menjadi tidak sebanding dengan investasinya yang dikeluarkan
sebagai biaya menempuh pendidikan. Gaji lulusan Universitas bisa Anda lihat
sendiri kondisinya, dan itu hampir sama artinya Anda adalah Sarjana muda yang
menganggur.
Pentingkah
saya harus mengatakannya kepada Anda? Sebagai referensi, teman saya dulu kuliah
di sebuah Universitas ternama. Ia mengkalkulasi pengeluaran total yang
dihabiskan ketika masa kuliah dulu hampir Rp 300 juta. Ini bukan memberitahu
Anda kuliah itu rugi, tapi sekali lagi Anda harus tau kebenarannya. Biaya yang
dikeluarkan untuk pendidikan itu sangat mahal, bahkan saya dengar kabar bahwa
orang tuanyapun adalah seorang petani biasa. Mari renungkan apakah dengan gaji
Rp 300 ribu per bulan Anda selama 10 tahun akan sanggup mengembalikan biaya
itu? Kalaupun Anda terpaksa bilang pasti akan sanggup, mungkin Anda butuh waktu
seumur hidup Anda memiliki uang sebanyak itu. Akhirnya Ia lelah dengan keadaan
dan merasakan frustasi sampai-sampai ingin membakar ijasanya itu.
Kalau
hidup kita selalu dikaitkan dengan persoalan untung rugi, mungkin saya
terdengar kasar menceritakan hal ini. Tapi saya juga merasa kasihan dengan
mereka-mereka yang tulus mengabdi untuk negeri harus turun berdemo di jalanan
karena merasa mendapatkan kehidupan yang tidak layak. Mereka menuntut untuk
dijadikan sepagai pegawai pemerintahan yang punya penghasilan menjanjijkan bagi
kehidupannya. Selama ini hidup mereka terlihat kacau, akibat secara ekonomi
profesi yang ditekuninya tidak mampu memberikan akses kesejahteraan. Kabarnya
buruknya lagi, teman saya menjadi tidak berdaya karena tidak bisa membayar uang
berobat Ibu yang sesungguhnya dulu telah berjuang membiayai dirinya sampai
selesai kuliah.
Tidak
ada yang dapat kita salahkan dengan keadaan ini. Pemerintah juga telah mencari
berbagai cara dalam menyelesaikan persoalan pegawai ataupun pekerja-pekerja
perusahaan supaya bisa memiliki penghasilan yang memadai. Namun apa daya,
sampai sekarang masih saja keluhan pekerja dan pegawai-pegawai honorer
bertambah banyak bermunculan di Negeri ini. kondisi ini bukan saja menegaskan
kepada kita bahwa ijazah itu bisa menjadi baik atau bisa menjadi buruk sebagaimana yang sudah
saya bahas pada artikel sebelumnya. Tapi kondisi ini juga menyebabkan kondisi
ekonomi kita secara Nasional semakin lemah, terjadinya kemiskinan atau
pengangguran dari kalangan terdidik, akses kesehatan yang kurang karena biaya
yang kian mahal, pendidikan yang tidak bisa diakses secara merata, dan masalah
sosial lainnya.
Menjadi
karyawan itu tidak tentunya tidak selalu menjadi penilaian buruk, karena itulah
yang sesungguhnya dapat Anda jadikan sebagai awal sebuah perjuangan. Tapi Anda
harus lebih cerdas lagi dalam memahami situasinya.
Saatnya
Anda segera memutar arah hidup, jangan perdulikan sebarapa jauh sudah Anda
keliru dalam situasi ini.
Anda
punya keluarga yang harus diperjuangkan, Anda masih punya celah-celah masa
depan pada lintasan dan pintu-pintu yang lain. Namun, apabila saat ini Anda
sedang ingin keluar dari perangkap atau situasi tersebut, segeralah lakukan
tanpa ragu.
Sekalipun
Anda berpikir bahwa Anda iklas dan senang dalam menjalani pekerjaan tersebut,
meskipun pendapatan Anda jauh di bawah layak. Sayapun sependapat, karena saat
itu saya juga mencoba untuk berpikir menjadi bijaksana, yaitu mengabdi untuk
Negeri. Sesungguhnya juga kemungkinan Anda telah memperoleh bidang pekerjaan
berdasarkan atas kemampuan, bakat, dan kepuasaan batin tersendiri di tempat
Anda bekerja sekarang. Barangkali Anda juga sudah merasa cocok dengan pekerjaan
itu sesuai potensi diri Anda. Sekali lagi, apa yang saya sampaikan di depan
tadi adalah sebuah pesan dan saran-saran pribadi, selanjutnya Andalah yang akan
menentukan pilihannya.
Namun
dibalik itu semua kita juga perlu berpikir dan merenungkan kembali hikmah dari
cerita teman saya yang ingin membakar ijazahnya. Tetapi jika mulai sekarang
Anda telah berkeyakinan akan bisa membahagiakan orang tua Anda sampai nanti,
mungkin saja kita perlu belajar lebih banyak lagi dari salah satu Coach ternama
Indonesia. Ia adalah Tung Desem Waringin, seperti yang dijelaskan dalam bukunya
yang berjudul Financial revolution. Selama ada di tempat kerja yang sekarang,
Anda juga bisa berkarir dulu dan melakukan pekerjaan itu dengan kesadaran penuh
untuk menabung ilmu, mengumpulkan banyak teman, membangun jaringan koneksi,
tanpa terlalu hitungan dengan hasil atau bayarannya.
Menurutnya
fokus kita adalah mencari dan menguasai semua ilmunya, mencari kenalan-kenalan
yang diperlukan, sambil jalan kita menabung sedikit demi sedikit. Setelah itu
kita tawarkan kepada Bos atau para pemilik modal untuk bekerjasama. Buka yang
baru sebagai partner atau kita tawarkan kepada kenalan kita yang mampu. Bukalah
usaha sendiri atau cari cara buat pekerjaan yang lebih menunjang kelayakan hidup
Anda. Itulah sebabnya, bagi Anda yang tidak sempat sekolah tinggi atau tidak
memiliki ijazah, jangan khawatir, Anda masih bisa sukses! Anda belum terlambat
untuk meraih sukses asalkan mau berusaha mulai dari sekarang ini juga. Bertahan
dan berjuanglah secara brilian, berdayakan dirimu secara mutlak, dan kembangkan
dirimu secara total, sebab Tuhan tidak pernah terlambat untuk menolong Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar