Artikel Terkini

Jasa Layanan Menulis

Kami adalah Freelancer yang menawarkan jasa/layanan penulisan yang berkualitas dan bergaransi, serta dengan harga terjangkau untuk sebuah ko...

Jumat, 12 Juni 2020

Belajarlah Sungguh-sungguh Agar Kamu Berhasil Sungguhan

Belajarlah yang benar!!!!



“Hidup itu bukan soal menemukan diri Anda sendiri. Hidup adalah tentang menciptakan diri sendiri.”

-George Bernard Shaw-

 

Untuk apa kita kuliah? kurang lebih itulah pertanyaan yang sering ditanyakan teman saya waktu awal kuliah dulu, dan sampai sekarang masih hangat membekas dalam ingatan saya. Buat apa kita kuliah jika sampai saat ini ribuan Sarjana yang masih menganggur dan sekian banyak pula yang sibuk dan bingung mencari pekerjaan. Apakah dengan menempuh pendidikan yang semakin tinggi akan dapat mewujudkan mimpi-mimpi kita dan termasuk harapan orang tua kita.

Lalu, dada sayapun terisak dan mulai serius berpikir dengan pertanyaan itu. Sayapun menjelaskan “pokonya jalani saja dulu, persoalan nanti setelah selesai kuliah bisa mendapat kerja sesuai harapan atau tidak itu persoalan belakangan”. Saya juga katakan kepadanya bahwa soal rejeki sudah ada yang mengatur. Sesudah sekian lama berjalan akhirnya kitapun sama-sama menyelesaikan studi.

Singkat cerita setelah sekian lama bertemu Ia sesekali pernah menelpon saya. Ia sering menertawai saya karena saya diketahui selalu sibuk dengan sebuah komputer dan tas ransel yang berisi buku kemanapun saya pergi. Ia selalu meledek saya dengan kata begini “sudahilah membaca bukumu itu, jangan terlalu serius sekali jadi orang” sayapun mengernyitkan alis. Sayapun berkata dalam hati “pantas saja akun media sosialnya dipenuhi dengan kata-kata kurang sedap. Padahal lulusan Perguruan tinggi terbaik, tapi mulutnya protes saja dengan kondisi hidupnya.

Ini bukanlah persoalan menjelekan seorang teman, namun lebih dari itu. Kita bisa menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran hidup. Setelah sekian lama selesai menempuh pendidikan ternyata teman saya itu masih mengganggur, katanya sulit mendapat pekerjaan. Ketika diterima di sebuah instansi, kabarnya Ia pun merasa kesulitan, merasa payah, menganggap diri bodoh, dan akhirnya jenuh dengan pekerjaannya. Sayangnya Ia tidak berpikir untuk belajar lagi di dunia kerja. Ia berpikir ilmu kampus yang sudah usang itu seluruhnya akan dapat digunakan.

Setelah lama saya telusuri ternyata terdapat perbedaan yang cukup besar mengenai pemahaman seseorang terhadap makna belajar yang sesungguhnya ketika seseorang ada di dunia kampus (sekolah) dan di dunia kerja. Ketika di kampus, entah apapun alasannya, kita punya niat untuk belajar. Kita membaca buku yang disuruh guru atau dosen. Kita mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan membuat paper sebagai persyaratan untuk mendapat nilai mata kuliah. Kita mau belajar sekalipun karena terpaksa.

Lantas ketika Anda berada di dunia kerja, Anda mulai bertanya kenapa harus terus belajar. Setelah selesai sekolah atau kuliah dan setelah mulai kerja, minat belajar sedikit banyak mengalami perubahan. Tidak ada lagi menuntut kita untuk membaca. Tidak ada dosen yang menyuruh kita mengerjakan tugas di rumah. Tidak ada keharusan bagi kita untuk membaca buku. Proses belajar berubah setelah selesai kuliah.

Disadari atau tidak, kita tidak pernah berhenti belajar. Apakah itu karena alasan tertentu atau karena keadaan memaksa, kita terus belajar. Namun, proses belajar ini sering tidak kita arahkan. Kita tidak fokus terhadap apa yang seharusnya dipelajari. Ada yang memberikan Anda nasehat untuk hal-hal yang perlu dipelajari, tetapi nasihat-nasihat itu kadang lewat begitu saja.

Kita memahami betul bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan individu agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh setiap individu, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk membantu dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialami dalam setiap periode perkembangan.

Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan individu. Pendidikan adalah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami seseuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena ada interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.

Proses belajar yang benar akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif (penalaran, penafsiran, pemahaman, dan penerapan informasi), peningkatan kompetensi (keterampilan, intelektual dan sosial), serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon sesuatu rangsangan (stimuli).

Pendidikan dapat membukakakan jalan yang lebih besar untuk menjadikan seseorang meraih impiannya. Orang yakin dan percaya untuk menanggulangi kemiskinan, cara utama adalah dengan memperbesar jumlah penduduk yang bersekolah dan terdidik dengan baik. Dengan kata lain, pendidikan dipandang sebagai jalan menuju kemakmuran.

Pendidikan semestinya mengarah kepada kreativitas. Artinya, pendidikan harus membuat orang menjadi kreatif. Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi kreativitas dan potesi inilah yang ingin dijadikan aktual oleh pendidikan. Semangat kreatif, non konformist dan ingin tahu, menonjol dalam diri manusia muda. Manusia umumnya bersikap kritis terhadap nilai-nilai yang ada dan jika mereka menemukan bahwa nilai-nilai itu sudah ketinggalan jaman, maka mereka ingin merombaknya. Disinilah pendidikan berfungsi ganda, menyuburkan kreativitas, atau sebaliknya mematikan kreativitas.

Penekanan terakhir yang digariskan oleh UNESCO sebagai tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia sempurna. Pendidikan bertugas untuk mengembangkan potensi-potensi individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, yang tahu kadar kemampuannya, dan batas-batasnya, serta kerhormatan dirinya.

Pembentukan manusia sempurna ini akan tercapai apabila dalam diri seseorang terjadi proses perpaduan yang harmonis dan integral antara dimensi-dimensi manusiawi seperti dimensi fisik, intelektual, emosional, dan etis. Proses ini berlangsung seumur hidup. Jadi konkritnya pada pokoknya pendidikan itu adalah humansisasi, karena itu mendidik berarti memanusiakan manusia muda dengan cara memimpin pertumbuhannya sampai dapat berdikari, bersikap sendiri, bertanggung jawab dan berbuat sendiri.

Pertanyaan saya adalah bagaimana Anda dapat belajar dengan benar? Sementara, Perpustakaan di sekolah atau kampus yang ada jarang Anda bisa manfaatkan secara optimal ketika sebagai siswa atau mahasiswa. Demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota kabupaten yang tersebar di nusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca. Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah. Kebanyakan sekolah saat ini tidak memadai sebagai tempat untuk menumbuhkan minat baca anak. Hal ini tidak terlepas dari kurikulum pendidikan.

Kurikulum yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu untuk membaca. Banyak siswa yang terlalu sibuk dengan pelajaran yang harus diikuti setiap hari. Belum lagi harus mengerjakan Pekerjaan Rumah yang berlebihan. Oleh karena itu, solusi terbaik dalam membuka jalan pikiran seorang siswa agar mereka mempunyai wawasan yang luas, adalah dengan cara membaca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler