“Ketika Anda berinovasi, Anda harus siap bahwa orang-orang akan mengatakan Anda gila.”
-Arry Ellison-
Sulit
rasanya menolak dan mengabaikan pendapat para pakar atau orang yang kita sebut
sebagai ahli pada bidang tertentu. Sebagai sebuah contoh ketika saya dulu
pernah berjualan madu lebah asli di kampus saya kuliah ada beberapa dosen saya
yang berpendapat sinis. Ia mengatakan sulit menjual madu lebah, karena konsumen
atau pembeli sudah sering katanya tertipu oleh agen penjual madu lebah dari daerah tempat
saya tinggal. Katanya Ia sering tertipu oleh tukang penjual madu palsu (madu
yang tercampur dengan gula merah atau sejenisnya).
Hati
saya spontan membeku mendengar perkataannya sungguh menyakitkan. Seakan-akan Ia
menilai saya sama dengan penjual madu yang lainnya. Ketika itu dengan perasaan
kecewa sayapun menantangnya dengan melakukan tes keaslian pada madu itu. Saya
ajak untuk membuktikan dengan menaruhnya di kulkas. Saya memberitahu kalau madu
itu membeku berarti madu itu tidak asli.
Sudah
sekian lama madu itupun saya keluarkan dari prizer
kulkas lalu hasilnya madu itupun tetap utuh seperti keadaan semula. Dengan
santainya Ia berkata tindakan itu tidak dapat membuktikan keaslian madu lebah.
Sayapun membuktikannya dengan meneteskan cairan madu di atas tanah berdebu,
membakar beberapa tetesan madu dengan sebatang korek api. Hasilnya tetap saja
Ia tidak percaya dengan apa yang saya lakukan.
Lalu
Ia menawari saya untuk tes di laboratorium, ya tentu saya menolak karena saya
tahu modal untuk uji lab saja tidak punya pada waktu itu. Ia pun menertawakan
saya dengan berkata” Apakah Anda takut kalau madu lebahnya ketahuan tidak asli?
Hehehehe… sambil tertawa” karena saya merasa sedikit jengkel dengan konsumen
yang seakan-akan menjatuhkan harga diri saya.
Sayapun
menantangnya dengan tindakan konyol yaitu dengan taruhan. Terus terang saja,
saya berani menantangnya taruhan karena madu lebah itu saya sendiri yang
memanjatnya bersama paman di atas pohon. Saya berkata seperti ini “Jika madu lebah itu tidak asli saya akan
membayarnya 5 kali lipat dari harga jual madu saat itu, dan jika madu lebah itu
asli Ia harus bersedia membeli 1 jirigen madu lebah saya”. Sontak saja Ia langsung berkata “itu enaknya di
Anda, tidak enak di saya” lalu sayapun menjawabnya “ terserahlah” dan saya
langsung berpamitan untuk pergi dari ruangan itu karena sudah bosan untuk
meyakinkannnya.
Pada
suatu hari, beberapa dosen, pegawai, dan teman-teman mahasiswa yang sudah
pernah membeli madu langsung dari saya meminta madu yang sangat banyak.
Sampai-sampai saya kehabisan stok di rumah. Bahkan salah satu dosen yang pernah
menolak saya dulu itu pun ikut menelpon saya
untuk membeli 2 botoh madu lebah. Mungkin Ia baru tahu reputasi saya sebagai
penjual madu dari teman-temannya di kampus. Sayapun tertawa ketika membawakan 2
botol madu ke ruangannya.
Saya
berikan Ia dengan penawaran spesial, saya berikan Ia menghabiskan madu itu
dengan pembayaran dibelakang atau saat madu itu habis
dikonsumsi. Iapun merasa senang, Ia menolak penawaran spesial itu. Entah
kenapa, mungkin karena perasaan tidak enak Ia langsung membayar madu itu saat
itu juga.
Dari
sinilah saya belajar banyak hal kalau kita tidak perlu menelan mentah-mentah
pendapat para pakar. Orang yang ahli
pada bidang tertentu belum tentu bisa menilai sesuatu dengan tepat. Bukan
saya berarti meremehkan para professional yang ahli dibidangnya. Namun ini
penting kita ketahui bahwa, ambilah pendapat para pakar itu sebagai kekuatan
dan referensi saja dalam bertindak. Andai saja saya percaya penuh pada pendapat
salah satu dosen yang ahli kimia yang mengatakan saya tidak akan berhasil
menjual madu lebah itu di kampus. Mungkin saja saya tidak akan punya modal
dan keberanian untuk berkembang seperti sekarang ini.
Jadi
jangan 100% percaya pada orang yang ahli dalam hal apapun itu. Karena tetap
saja dia adalah manusia biasa yang terkadang bisa saja keliru dalam memprediksi
atau menilai sesuatu. Lebih baik percayalah pada diri sendiri dan yakinlah
pada diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar