(I gede Agus Hardiawan,
Founder PT Hardy’s Retailindo)
Seperti dilansir dalam laman
www.hardysholding.com Grup Hardys Holdings atau lebih dikenal GH Holdings
didirikan oleh seorang yang bernama Ir. I Gede Agus Hardiawan (Gede Hardy),
usahanya bermula di Jl Ngurah Rai 95, Kota Negara, Kab. Jembrana, Bali dengan
luas awal bangunan 1.400 M2, terdiri dari empat lantai yang berdiri di atas
tanah seluas 430M2 dan mulai beroperasi pada tgl 11 Juli 1997 dengan bentuk
usaha awal adalah usaha perseorangan yaitu UD Hardys Grosir.
Sang pendiri sangat
berdedikasi sekali dalam mengembangkan entrepreneur Bali demi membangun
Indonesia. Ir. I Gede Agus Hardiawan ialah seorang pria kelahiran Desa
Penyaringan, Negara, Bali. Ia lebih tertantang untuk berusaha mengubah
kegagalan menjadi sebuah keberhasilan.
Ia memulai bisnis retailnya berawal dari bermodalkan keberanian,
keyakinan, kerja keras, dan dana pinjaman dari seorang kepercayaan.
Kisahnya saat menempuh
pendidikan sekolah dasar, ia tergolong cukup berhasil dan berprestasi.
Nilai-nilai yang diperolehnya cukup bagus, atas pertimbangan itulah ia
dilanjutkan pendidikannya di SMP terbaik oleh ayahnya kala itu. Saat mengikuti
Pendidikan Menengah Pertama, setiap harinya ia berangkat dengan naik
angkot menuju kota tempat sekolahnya
berada yang jaraknya cukup lumayan jauh dari rumahnya. Saat-saat belajar di
bangku SMP ia mulai terperangah melihat kemajuan pendidikan teman-temannya di
kota. Ia melihat teman-temannya sudah rata-rata sangat fasih berbahasa
Indonesia bahkan berbahasa inggris. Saat itulah ia merasa sangat kolot,
ditambah lagi dengan belum lancarnya ia berkomunikasi menggunakan Bahasa
Indonesia.
Kondisi ini tidaklah membuat
Gede Hardi minder beradaptasi bersama teman-temannya. Situasi itu telah
berhasil memompa semangatnya untuk berpacu agar bisa meraih prestasi.
Keberhasilannya ini akhirnya terbukti dari perkembangan akademiknya setiap
semester yang selalu mengalami peningkatan. Semester awalnya ia hanya bisa
memperoleh ranking 28 dari 45 siswa,
semester berikutnya ranking belasan, dan sampai pada semester berikutnya
lagi ia telah berhasil menorehkan prestasinya dengan gemilang. Ia selalu
menempati peringkat satu. Inilah buktinya bahwa dengan ketekunannya, ia telah
berhasil secara akademik di sekolah.
Selanjutnya ia merantau ke
Denpasar melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas. Kisah yang sama
seperti di bangku SMP kembali mewarnai perjalanan masa mudanya menjadi seorang
siswa. Gede Hardi lagi melihat kenyataan bahwa, ternyata NEM terendah yang ada
di kelasnya adalah 51 padahal sebelumnya NEM 49 yang pernah diperolehnya saat
di bangku SMP sudah tergolong sangat tinggi. Prestasi akademik pada
semester-semester awal juga tampak belum memuaskan, Ia hanya mampu meraih
ranking 29. Melihat kondisi itu, tidak ada jalan lain lagi bagi dirinya selain
harus berjuang keras, beradaptasi, dan terus menerus memacu kemampuannya untuk
belajar. Sampai pada akhirnya semangat yang dimilikinya membuahkan hasil yang
cukup luar biasa. Saat ia berada di kelas dua sampai kelas tiga selalu berada
diantara ranking 3 besar dan nilai NEM untuk matematikanya sangat sempurna.
Sungguh luar biasa, Ia berhasil memperoleh nilai 10.
Gede hardi sangat cermat
memanfaatkan keadaan dan waktu untuk tekun belajar. Ketika berada di bangku
sekolah ia juga selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk beraktivitas di
kebunnya. Karena ia sekolah siang saat itu, ia sangat sering pergi ke kebun
saat matahari baru mulai memancarkan sinarnya. Ia langsung ke kebun untuk
melakukan penyerbukan vanili, mengurut satu persatu kuncup vanili sehingga
vanili yang dirawatnya pun berhasil mekar mencapai empat ribu sampai lima ribu
bunga dalam sehari. Aktivitas itu terus dilakukannya setiap hari, setelah
selesai beraktivitas ia langsung bergegas berangkat ke sekolah. Walaupun
kondisi lengan, leher, dan kaki yang merah akibat gigitan nyamuk di perkebunan,
Gede Hardi tetap semangat berangkat ke sekolah dengan naik bus yang hanya saat
itu lewat sekali saja menuju kota tempat sekolahnya berada.
Saat menempuh pendidikan
Sekolah Menengah Atas di kota Denpasar, ia juga memiliki spirit kewirausahaan
yang sangat luar biasa. Di tengah-tengah kesibukan aktivitas sekolahnya, ia
mencoba menawarkan cengkeh hasil perkebunan para kolega ayahnya dari desa. Ia
menawarkan beberapa sampel cengkeh ke Perusahaan Panamas di Kota Denpasar.
Keluarga Hardi dulunya adalah keluarga petani dan pedagang. Orang tua Hardy
dari dulu aktivitasnya selalu lekat dengan aktivitas perkebunan dan
perdagangan. Sejak kecil itulah tanpa disadari beliau selalu terlibat dalam
berbagai aktivitas pertanian dan perdagangan.
Dari neneknya ia mengenal
istilah “Last No Least” yang artinya terakhir tetapi tetap berguna. Gede Hardi
banyak belajar dari contoh yang diberikan neneknya dengan ikut terlibat
langsung memanen pisang pada saat musim panen tiba. Gede Hardi bersama neneknya
yang tangguh mengumpulkan seluruh pisang yang ada di kebun untuk kemudian
diangkut truk oleh para pemborong yang datang dari Denpasar, Jembrana (Negara),
dan daerah lainnya. Dari bisnis pisang yang diajarkan neneknya inilah, tanpa
disadari telah membangun kepribadian Gede Hardi untuk mulai belajar lebih dini
mengenai dunia usaha, dan selalu dididik untuk bisa berpikir cermat dan tanggap
pada setiap keadaan dan peluang.
Saya rasa beliau memiliki
jiwa yang sangat tangguh, Kisahnya
sangat unik dan cukup heroik dalam membangun bisnisnya. Pria ini patut
dijadikan contoh oleh siapapun yang ingin maju dalam bidang bisnis. Kuatnya
komitmen yang dimiliki patut kita teladani. Inilah yang saya maksudkan sebagai
sikap yang teguh untuk menaklukkan tantangan, sikap yang berani dalam
memberdayakan potensi diri seutuhnya, mengembangkan diri dengan penuh
keberanian dalam mengelola resiko, dan mampu menumbuhkan mental kreatif setiap
melihat peluang yang ada. Kehidupan Gede Hardi yang pada mulanya dipenuhi
serangkaian masalah dan itu terlihat dari perjuangannya dari bangku sekolah.
Namun saya rasa beliau memiliki kehebatan untuk melihat masalah itu dengan
tidak mengeluh. Ia berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut sehingga bisa
berhasil seperti saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar