Artikel Terkini

Jasa Layanan Menulis

Kami adalah Freelancer yang menawarkan jasa/layanan penulisan yang berkualitas dan bergaransi, serta dengan harga terjangkau untuk sebuah ko...

Selasa, 25 Agustus 2020

DARI TOSERBA HINGGA HARDY’S RETAIL (I gede Agus Hardiawan, Kisah Founder PT Hardy’s Retailindo)

 


                   (I gede Agus Hardiawan, Founder PT Hardy’s Retailindo)

 

Seperti dilansir dalam laman www.hardysholding.com Grup Hardys Holdings atau lebih dikenal GH Holdings didirikan oleh seorang yang bernama Ir. I Gede Agus Hardiawan (Gede Hardy), usahanya bermula di Jl Ngurah Rai 95, Kota Negara, Kab. Jembrana, Bali dengan luas awal bangunan 1.400 M2, terdiri dari empat lantai yang berdiri di atas tanah seluas 430M2 dan mulai beroperasi pada tgl 11 Juli 1997 dengan bentuk usaha awal adalah usaha perseorangan yaitu UD Hardys Grosir.

Sang pendiri sangat berdedikasi sekali dalam mengembangkan entrepreneur Bali demi membangun Indonesia. Ir. I Gede Agus Hardiawan ialah seorang pria kelahiran Desa Penyaringan, Negara, Bali. Ia lebih tertantang untuk berusaha mengubah kegagalan menjadi sebuah keberhasilan.  Ia memulai bisnis retailnya berawal dari bermodalkan keberanian, keyakinan, kerja keras, dan dana pinjaman dari seorang kepercayaan.

Kisahnya saat menempuh pendidikan sekolah dasar, ia tergolong cukup berhasil dan berprestasi. Nilai-nilai yang diperolehnya cukup bagus, atas pertimbangan itulah ia dilanjutkan pendidikannya di SMP terbaik oleh ayahnya kala itu. Saat mengikuti Pendidikan Menengah Pertama, setiap harinya ia berangkat dengan naik angkot  menuju kota tempat sekolahnya berada yang jaraknya cukup lumayan jauh dari rumahnya. Saat-saat belajar di bangku SMP ia mulai terperangah melihat kemajuan pendidikan teman-temannya di kota. Ia melihat teman-temannya sudah rata-rata sangat fasih berbahasa Indonesia bahkan berbahasa inggris. Saat itulah ia merasa sangat kolot, ditambah lagi dengan belum lancarnya ia berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia.

Kondisi ini tidaklah membuat Gede Hardi minder beradaptasi bersama teman-temannya. Situasi itu telah berhasil memompa semangatnya untuk berpacu agar bisa meraih prestasi. Keberhasilannya ini akhirnya terbukti dari perkembangan akademiknya setiap semester yang selalu mengalami peningkatan. Semester awalnya ia hanya bisa memperoleh ranking 28 dari 45 siswa,  semester berikutnya ranking belasan, dan sampai pada semester berikutnya lagi ia telah berhasil menorehkan prestasinya dengan gemilang. Ia selalu menempati peringkat satu. Inilah buktinya bahwa dengan ketekunannya, ia telah berhasil secara akademik di sekolah.

Selanjutnya ia merantau ke Denpasar melanjutkan pendidikan di sekolah menengah atas. Kisah yang sama seperti di bangku SMP kembali mewarnai perjalanan masa mudanya menjadi seorang siswa. Gede Hardi lagi melihat kenyataan bahwa, ternyata NEM terendah yang ada di kelasnya adalah 51 padahal sebelumnya NEM 49 yang pernah diperolehnya saat di bangku SMP sudah tergolong sangat tinggi. Prestasi akademik pada semester-semester awal juga tampak belum memuaskan, Ia hanya mampu meraih ranking 29. Melihat kondisi itu, tidak ada jalan lain lagi bagi dirinya selain harus berjuang keras, beradaptasi, dan terus menerus memacu kemampuannya untuk belajar. Sampai pada akhirnya semangat yang dimilikinya membuahkan hasil yang cukup luar biasa. Saat ia berada di kelas dua sampai kelas tiga selalu berada diantara ranking 3 besar dan nilai NEM untuk matematikanya sangat sempurna. Sungguh luar biasa, Ia berhasil memperoleh nilai 10.

            Gede hardi sangat cermat memanfaatkan keadaan dan waktu untuk tekun belajar. Ketika berada di bangku sekolah ia juga selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk beraktivitas di kebunnya. Karena ia sekolah siang saat itu, ia sangat sering pergi ke kebun saat matahari baru mulai memancarkan sinarnya. Ia langsung ke kebun untuk melakukan penyerbukan vanili, mengurut satu persatu kuncup vanili sehingga vanili yang dirawatnya pun berhasil mekar mencapai empat ribu sampai lima ribu bunga dalam sehari. Aktivitas itu terus dilakukannya setiap hari, setelah selesai beraktivitas ia langsung bergegas berangkat ke sekolah. Walaupun kondisi lengan, leher, dan kaki yang merah akibat gigitan nyamuk di perkebunan, Gede Hardi tetap semangat berangkat ke sekolah dengan naik bus yang hanya saat itu lewat sekali saja menuju kota tempat sekolahnya berada.

Saat menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di kota Denpasar, ia juga memiliki spirit kewirausahaan yang sangat luar biasa. Di tengah-tengah kesibukan aktivitas sekolahnya, ia mencoba menawarkan cengkeh hasil perkebunan para kolega ayahnya dari desa. Ia menawarkan beberapa sampel cengkeh ke Perusahaan Panamas di Kota Denpasar. Keluarga Hardi dulunya adalah keluarga petani dan pedagang. Orang tua Hardy dari dulu aktivitasnya selalu lekat dengan aktivitas perkebunan dan perdagangan. Sejak kecil itulah tanpa disadari beliau selalu terlibat dalam berbagai aktivitas pertanian dan perdagangan.

Dari neneknya ia mengenal istilah “Last No Least” yang artinya terakhir tetapi tetap berguna. Gede Hardi banyak belajar dari contoh yang diberikan neneknya dengan ikut terlibat langsung memanen pisang pada saat musim panen tiba. Gede Hardi bersama neneknya yang tangguh mengumpulkan seluruh pisang yang ada di kebun untuk kemudian diangkut truk oleh para pemborong yang datang dari Denpasar, Jembrana (Negara), dan daerah lainnya. Dari bisnis pisang yang diajarkan neneknya inilah, tanpa disadari telah membangun kepribadian Gede Hardi untuk mulai belajar lebih dini mengenai dunia usaha, dan selalu dididik untuk bisa berpikir cermat dan tanggap pada setiap keadaan dan peluang.

Saya rasa beliau memiliki jiwa yang sangat  tangguh, Kisahnya sangat unik dan cukup heroik dalam membangun bisnisnya. Pria ini patut dijadikan contoh oleh siapapun yang ingin maju dalam bidang bisnis. Kuatnya komitmen yang dimiliki patut kita teladani. Inilah yang saya maksudkan sebagai sikap yang teguh untuk menaklukkan tantangan, sikap yang berani dalam memberdayakan potensi diri seutuhnya, mengembangkan diri dengan penuh keberanian dalam mengelola resiko, dan mampu menumbuhkan mental kreatif setiap melihat peluang yang ada. Kehidupan Gede Hardi yang pada mulanya dipenuhi serangkaian masalah dan itu terlihat dari perjuangannya dari bangku sekolah. Namun saya rasa beliau memiliki kehebatan untuk melihat masalah itu dengan tidak mengeluh. Ia berusaha memecahkan masalah-masalah tersebut sehingga bisa berhasil seperti saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler