Artikel Terkini

Jasa Layanan Menulis

Kami adalah Freelancer yang menawarkan jasa/layanan penulisan yang berkualitas dan bergaransi, serta dengan harga terjangkau untuk sebuah ko...

Minggu, 12 April 2020

Banyak Sarjana yang Masih Menganggur di Bali. Kok bisa?


Banyak Sarjana yang masih belum memiliki pekerjaan tetap sampai sekarang. Banyak yang hidupnya masih tergantung pada orang tua. Sungguh kasian memang. Lantas apa yang ingin kami ceritakan dalam ulasan ini. Selamat datang pada blog Dengkul-Sarjana



“ Disiplin ilmu hanyalah modal pertama, ijazah cuma selembar kertas di atas meja.” 

-Najwa Shihab-
                                                                                      
Sukses tidak selalu berkorelasi dengan ijazah terakhir. Semua orang tentunya sudah tidak asing lagi dengan pesan ini. Banyak orang berpikir bahwa ijazah adalah alat ukur seseorang untuk bisa menjadi orang sukses. Bagamana bisa demikian? Inilah penilaian yang banyak terjadi pada masyarakat saat ini. namun sebagian juga berpikir bahwa untuk menjadi sukses tidak perlu kuliah tinggi tinggi. Semua fakta ini nampaknya terlihat benar. Pro kontra itu mewarnai proses kehidupan yang sedang sama-sama kita jalani. Apa yang sesungguhnya harus kita percayai?
Di Bali kita bisa lihat contoh sebuah kasus bahwa, lulusan Perguruan tinggi yang menganggur khususnya diploma dan Sarjana justru mengalami peningkatan (Bali Post, 22/01/2017). Sejumlah pengamat menilai, pengangguran itu terjadi karena mereka “dimakan” gengsi. Pengamat mengakui lulusan Sarjana Perguruan tinggi masih banyak yang cengeng dan dimakan oleh gengsi dalam memilih pekerjaan. Mereka cenderung memilih mencari kerja, bukan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Lulusan Perguruan tinggi dikalahkan oleh lulusan SD dan SMP menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, situasi itu terjadi karena lulusan SD dan SMP tak pilih-pilih pekerjaan. Belajar dari situasi ini, lantas hikmah apa yang dapat kita renungkan?
Saat ini saya juga melihat ketersediaan lapangan pekerjaan semakin sedikit, namun lulusan Sarjana semakin meningkat. Secara kuantitas itu terlihat baik, namun secara kualitas Anda bisa menilainya sendiri. Saya tahu Anda yang menganggur setelah tamat kuliah pasti akan menyalahkan pemerintah dan dunia pendidikan. Tapi apakah keluhan Anda itu akan menyelesaikan masalah yang sedang Anda alami? 

“Apa yang ada di belakang kita dan apa yang ada di depan kita adalah hal-hal kecil dibandingkan dengan apa yang ada dalam diri kita”.

~ Henry Stanley Haskins-

Pertanyaan saya sekali lagi, bagaimana jika nanti seandainya dunia pendidikan benar-benar bertransformasi mendirikan sekolah tanpa ijazah? Apa yang bisa Anda dapatkan lagi sebagai bukti otentik, bahwa dalam pendidikan Anda sudah berhasil? Tak ada pilihan lain, apa yang akan dapat Anda tunjukan kepada sebuah perusahaan atau instansi terkecuali nilai belahan otak kanan dan kiri Anda. Begitu juga seandainya perusahaan akan bertransformasi, menerima calon pekerja tanpa memperdulikan ijazah Anda. Saat diwawancara, jawaban yang diharapkan adalah kualitas otak kiri dan kanan Anda. Mereka meyakini, itulah yang representatif menggambarkan apa yang dibutuhkan oleh sebuah pencari kerja dari diri Anda.
Mari kita pahami sekali lagi. Yang semestinya kita percayai dan pegang teguh ialah semua yang ada dalam diri kita. Semua potensi yang dapat kita gerakan sekecang-kencangnya. Pendeknya, punya ijazah atau tidak punya ijazah belajarnyalah yang akan membuat perbedaan. Hasil belajarnya yang akan menggambarkan bagaimana seseorang bisa berhasil atau tidak dalam kehidupan. Seperti sewaktu lahir dulu, kita muncul dalam keadaan telanjang bulat tanpa ada yang tau dan mengira akan menjadi siapa dan menjadi apa kita dikemudian hari. Kedua orang tua hanya punya satu keyakinan dengan kelahiran Anda, suatu ketika Anda akan menjadi anak yang berguna. Mereka percaya kekuatan-kekutan itu akan muncul dari dalam diri Anda.
Saya juga ingin tegas mengatakan, sekalipun Anda telah memilih jalur berada di bangku perkuliahan, tidak ada yang salah juga dengan keputusan itu. Sebaiknya Anda harus berusaha menjadi ahli dan benar-benar profesional dalam ilmu yang sedang Anda tekuni. Sehingga ketika Anda keluar dari Universitas, ilmu Anda benar-benar bermanfaat dan total sungguh-sungguh Anda kuasai. Kombinasikan juga peran otak kiri dan otak kanan Anda. Apabila Anda benar-benar berhasil melakukannya, tidak diragukan lagi Anda akan menjadi generasi yang paling siap terjun di panggung kehidupan.
Bill Gates Bos Microsoft yang selalu disebut-sebut sebagai orang kaya dunia dalam berbagai sumber berita terpercaya memang tidak mendapat ijazah karena drop out atas kemauannya sendiri, tapi saya rasa kualitas diri sosok Bill Gates saat ini menggambarkan nilai A plus yang sesungguhnya. Gates berhenti mengejar ijazah, namun ia tidak pernah berhenti untuk berkembang dan mengaktualisasi diri dengan beragam eksperimen dalam kehidupan.
Sukses itu hanya berkorelasi dengan pengalaman belajar yang bermakna, baik yang Anda dapatkan di dunia akademik, non akademik, maupun pengalaman yang Anda temukan di jalanan dan sisanya adalah melakukan atau mempraktekan yang sudah diketahui (practic oriented). Inilah perbedaan yang dibuat oleh mereka di luar sana. Mereka kuliah sampai paham teorinya, dan langsung segera membuktikan ilmunya. Namun seseorang yang lainnya lagi, mereka tahu ilmunya, tapi tidak berani untuk bertindak. Bahkan yang lebih memilukan, ketika bertindak terkadang mereka malah lupa lagi dengan ilmunya.
“Disitulah perbedaanya”, jawab saya sewaktu ditanya oleh salah satu rekan kuliah dulu. Komputer dan produk-produk Microsoft yang ada depan Anda saat ini adalah ijazahnya. Ini ijazah yang benar-benar bermaanfaat dan memberikan banyak kemudahan dalam kehidupan manusia saat ini bukan?...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terpopuler