Banyak Sarjana yang
masih belum memiliki pekerjaan tetap sampai sekarang. Banyak yang hidupnya masih tergantung pada orang tua. Sungguh kasian memang. Lantas apa yang ingin kami
ceritakan dalam ulasan ini. Selamat datang pada blog Dengkul-Sarjana
“ Disiplin ilmu hanyalah modal pertama,
ijazah cuma selembar kertas di atas meja.”
-Najwa Shihab-
Sukses tidak selalu
berkorelasi dengan ijazah terakhir. Semua orang tentunya sudah tidak asing lagi
dengan pesan ini. Banyak orang berpikir bahwa ijazah adalah alat ukur seseorang
untuk bisa menjadi orang sukses. Bagamana bisa demikian? Inilah penilaian yang
banyak terjadi pada masyarakat saat ini. namun sebagian juga berpikir bahwa
untuk menjadi sukses tidak perlu kuliah tinggi tinggi. Semua fakta ini
nampaknya terlihat benar. Pro kontra itu mewarnai proses kehidupan yang sedang
sama-sama kita jalani. Apa yang sesungguhnya harus kita percayai?
Di Bali kita bisa
lihat contoh sebuah kasus bahwa, lulusan Perguruan tinggi yang menganggur
khususnya diploma dan Sarjana justru mengalami peningkatan (Bali Post,
22/01/2017). Sejumlah pengamat menilai, pengangguran itu terjadi karena mereka
“dimakan” gengsi. Pengamat mengakui lulusan Sarjana Perguruan tinggi masih
banyak yang cengeng dan dimakan oleh gengsi dalam memilih pekerjaan. Mereka
cenderung memilih mencari kerja, bukan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Lulusan Perguruan tinggi dikalahkan oleh lulusan SD dan SMP menurut Kepala
Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, situasi itu
terjadi karena lulusan SD dan SMP tak pilih-pilih pekerjaan. Belajar dari
situasi ini, lantas hikmah apa yang dapat kita renungkan?
Saat ini saya juga
melihat ketersediaan lapangan pekerjaan semakin sedikit, namun lulusan Sarjana
semakin meningkat. Secara kuantitas itu terlihat baik, namun secara kualitas
Anda bisa menilainya sendiri. Saya tahu Anda yang menganggur setelah tamat
kuliah pasti akan menyalahkan pemerintah dan dunia pendidikan. Tapi apakah
keluhan Anda itu akan menyelesaikan masalah yang sedang Anda alami?
“Apa yang ada di belakang
kita dan apa yang ada di depan kita adalah hal-hal kecil dibandingkan dengan
apa yang ada dalam diri kita”.
~ Henry Stanley Haskins-
Pertanyaan saya
sekali lagi, bagaimana jika nanti seandainya dunia pendidikan benar-benar
bertransformasi mendirikan sekolah tanpa ijazah? Apa yang bisa Anda dapatkan
lagi sebagai bukti otentik, bahwa dalam pendidikan Anda sudah berhasil? Tak ada
pilihan lain, apa yang akan dapat Anda tunjukan kepada sebuah perusahaan atau
instansi terkecuali nilai belahan otak kanan dan kiri Anda. Begitu juga
seandainya perusahaan akan bertransformasi, menerima calon pekerja tanpa
memperdulikan ijazah Anda. Saat diwawancara, jawaban yang diharapkan adalah
kualitas otak kiri dan kanan Anda. Mereka meyakini, itulah yang representatif
menggambarkan apa yang dibutuhkan oleh sebuah pencari kerja dari diri Anda.
Mari kita pahami
sekali lagi. Yang semestinya kita percayai dan pegang teguh ialah semua yang
ada dalam diri kita. Semua potensi yang dapat kita gerakan sekecang-kencangnya.
Pendeknya, punya ijazah atau tidak punya
ijazah belajarnyalah yang akan membuat perbedaan. Hasil belajarnya yang
akan menggambarkan bagaimana seseorang bisa berhasil atau tidak dalam kehidupan.
Seperti sewaktu lahir dulu, kita muncul dalam keadaan telanjang bulat tanpa ada
yang tau dan mengira akan menjadi siapa dan menjadi apa kita dikemudian hari.
Kedua orang tua hanya punya satu keyakinan dengan kelahiran Anda, suatu ketika
Anda akan menjadi anak yang berguna. Mereka percaya kekuatan-kekutan itu akan
muncul dari dalam diri Anda.
Saya juga ingin tegas
mengatakan, sekalipun Anda telah memilih jalur berada di bangku perkuliahan,
tidak ada yang salah juga dengan keputusan itu. Sebaiknya Anda harus berusaha
menjadi ahli dan benar-benar profesional dalam ilmu yang sedang Anda tekuni.
Sehingga ketika Anda keluar dari Universitas, ilmu Anda benar-benar bermanfaat
dan total sungguh-sungguh Anda kuasai. Kombinasikan juga peran otak kiri dan
otak kanan Anda. Apabila Anda benar-benar berhasil melakukannya, tidak
diragukan lagi Anda akan menjadi generasi yang paling siap terjun di panggung
kehidupan.
Bill Gates Bos
Microsoft yang selalu disebut-sebut sebagai orang kaya dunia dalam berbagai
sumber berita terpercaya memang tidak mendapat ijazah karena drop out atas kemauannya sendiri, tapi
saya rasa kualitas diri sosok Bill Gates saat ini menggambarkan nilai A plus yang sesungguhnya. Gates berhenti
mengejar ijazah, namun ia tidak pernah berhenti untuk berkembang dan
mengaktualisasi diri dengan beragam eksperimen dalam kehidupan.
Sukses itu hanya
berkorelasi dengan pengalaman belajar yang bermakna, baik yang Anda dapatkan di
dunia akademik, non akademik, maupun pengalaman yang Anda temukan di jalanan
dan sisanya adalah melakukan atau mempraktekan yang sudah diketahui (practic oriented). Inilah perbedaan
yang dibuat oleh mereka di luar sana. Mereka kuliah sampai paham teorinya, dan
langsung segera membuktikan ilmunya. Namun seseorang yang lainnya lagi, mereka
tahu ilmunya, tapi tidak berani untuk bertindak. Bahkan yang lebih memilukan,
ketika bertindak terkadang mereka malah lupa lagi dengan ilmunya.
“Disitulah
perbedaanya”, jawab saya sewaktu ditanya oleh salah satu rekan kuliah dulu. Komputer dan produk-produk Microsoft yang ada depan Anda saat ini
adalah ijazahnya. Ini ijazah yang benar-benar bermaanfaat dan memberikan
banyak kemudahan dalam kehidupan manusia saat ini bukan?...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar