Artikel Terkini

Jasa Layanan Menulis

Kami adalah Freelancer yang menawarkan jasa/layanan penulisan yang berkualitas dan bergaransi, serta dengan harga terjangkau untuk sebuah ko...

Selasa, 20 Desember 2022

KONEKSI ANTAR MATERI KETERKAITAN KONSEP BUDAYA POSITIF DENGAN MATERI PADA MODUL 1.1, 1.2 DAN 1.3

Disusun Oleh:

I Putu Susila Darma

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Buleleng

 

Bapak Ibu yang saya hormati,

Budaya positif merupakan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggungjawab.

Dalam menciptakan budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri sendiri. Diperlukan adanya kolaborasi dari seluruh kekuatan yang ada baik dari dalam maupun dari luar sekolah. Misalnya Kepala Sekolah, rekan guru, murid dan orang tua serta lembaga lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan budaya positif.

 


Dari modul 1.1 sampai dengan modul 1.4 ini sangat erat kaitannya dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Budaya positif dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Oleh karena itu menurut KHD, pendidikan adalah tempat bersemainya benih-benih kebudayaan. 

Guru diibaratkan sebagai seorang petani yang mengelola dan menuntun siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi sesuai kodrat alamnya dan budaya positif agar dapat menjadi murid yang berprofil pelajar Pancasila (beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global). Dalam menyusu program budaya positif juga diperlukan kolaborasi dengan murid. Sehingga murid tidak merasa terbebani dalam melaksanakan budaya positif.

Murid diajak membuat suatu kesepakatan yang berpihak pada murid. Hal ini merupakan implementasi dari “Merdeka Belajar”. Selain itu, guru juga perlu menguasai dan mengaplikasikan nilai dan peran guru penggerak dalam melaksanakan budaya positif di sekolah. Antara lain: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

Budaya positif merupakan bagian dari visi guru penggerak. Budaya positif harus dikembangkan sehingga mampu untuk mewujudkan visi guru penggerak yang nantinya juga akan lebih luas lagi menjadi visi sekolah. Yaitu “Terwujudnya merdeka belajar dan murid yang memiliki kompetensi Profil Pelajar Pancasila”.

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan adanya kolaborasi kekuatan positif yang ada baik dari luar maupun dari dalam sekolah (pemetaan kekuatan). Dalam hal ini dapat dilakukan melalui suatu pendekatan yaitu pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali impian, Jabarkan rencana, Atur eksekusi). Inkuiri Apresiatif adalah suatu pendekatan berbasis kekuatan positif.

Dari sinilah, peran guru penggerak sangat penting dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah 

  1. Guru penggerak harus mampu menjadi teladan
  2. Menjalin kolaborasi dengan rekan guru lain dan seluruh warga sekolah dalam melaksanakan budaya positif
  3. Menggerakkan komunitas praktisi yang ada di sekolah
  4. Menjadi coach bagi guru lain serta mampu menjadi pemimpin dalam pembelajaran yang berpihak pada murid

Guru penggerak harus bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi di sekolah. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara :

  1. Memulai dari diri sendiri dalam menumbuhkan budaya positif di kelas dan menajdi teladan bagi seluruh warga sekolah
  2. Mensosialisasikan dan berkolaborasi dengan rekan guru serta Kepala Sekolah
  3. Penuh kesabaran, keuletan, dan positif thinking terhadap penolakan ide dan pelanggaran 
  4. Terus melakukan refleksi dan perbaikan

SETELAH SAYA MENINJAU ULANG KESELURUHAN MATERI PEMBELAJARAN DI PAKET MODUL 1 DAN MEMBUAT SEBUAH KONEKSI ANTAR MATERI YANG SUDAH SAYA PELAJARI, MAKA SEBUAH REFLEKSI PEMAHAMAN SAYA TERKAIT KESELURUHAN MATERI MODUL BUDAYA POSITIF ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

 

              1.      Saya telah memahami konsep-konsep inti yang telah saya pelajari di modul 1.4 yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Hal-hal yang menarik untuk saya yang terjadi dan di luar dugaan adalah terkait posisi control guru yang paling sesuai adalah menjadi manajer

              2.      Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah setelah mempelajari modul adalah ingin membuat dan menciptakan murid yang berkualitas sesuai nilai kebajikan Universal

              3.      Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah mencoba menerapkan segitiga restitusi yang pada kenyataannya guru harus menguasai betul langkah dan tahapannya

              4.      Perasaan yang saya alami dari hal-hal tersebut adalah sangat senang karena siswa memberikan feedback yang luar biasa dan menyenangkan

              5.      Menurut saya, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep budaya positif, hal yang sudah baik adalah siswa memmberikan respon positif dan berani atau terbuka, sedangkan hal yang perlu saya perbaiki selalu mencoba untuk memiliki pertanyaan alternative saat siswa menjawab tidak sesuai harapan saya

              6.      Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi yang paling sering saya pakai adalah posisi pemantau, dan bagaimana perasaan saya saat itu adalah masih penuh keraguan dan merasa ada yang perlu diperbaiki, namun Setelah mempelajari modul ini,  posisi yang sering saya pakai adalah posisi manajer, karna membuat perasaan saya sekarang menjadi puas dan senang. Karena yang saya lakukan saya yakini akan berdampak positif dalam jang waktu yang lama

              7.      Sebelum mempelajari modul ini, saya juga pernah menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid. Namun pada praktiknya ada bagian yang belum saya lakukan dengan maksimal

 

Bapak Ibu yang saya hormati,,

Demikian tugas Koneksi antar materi dan langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Semoga dapat bermanfaat



 

Sabtu, 03 Desember 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

 Visi saya sebagai Calon Guru Penggerak dan sudah saya susun kedalam prakarsa perubahan dengan Tahapan BAGJA salah satunya adalah mewujudkan siswa yang berkebinekaan global.  Saya memahami kaitan peran diri saya sebagai pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA). Pendekatan IA, visi guru penggerak, dan pengembangan profil Pelajar Pancasila di sebuah sekolah merupakan satu kesatuan kekuatan dan kemampuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketiganya saling berkaitan/membutuhkan/menguatkan.

Sebagai pendidik saya harus mengimplementasikan nilai-nilai, peran, dan kompetensi guru penggerak. Bentuk implementasinya salah satunya adalah merancang dan memberikan pelayanan kepada murid sesuai dengan filosofi pendidikan Kihadjar. Pendidikan yang berorientasi pada murid, sesuai dengan kodrat keadaan, kodrat alam, dan kodrat jaman. Pendidikan yang menuntun. Mengembangkan dan menumbuhkan Budi Pekerti Luhur. Secara simultan guru penggerak juga harus dapat merancang dan menterjadikan dimensi Profil Pelajar Pancasila di Kelasnya. Keterkaitan atau koneksi antar nilai, peran, kompetensi guru penggerak, Profil Pelajar Pancasila, dan Filosofi Kihadjar dapat digambarkan seperti bagan berikut ini.



Dengan memanfaatkan paradigma inquiri Apresiatif (IA) seorang guru penggerak harus berpikir apa yang ada di Sekolah sebagai asset dan sistem yang perlu digerakan berdasarkan nilai dan peran yang dimiliki. Perubahan pendidikan sesuai dengan filosofi Kihadjar harus menganut prinsif TRIKON didalamnya yaitu kontinu, konvergen, dan konsentris. Kontinu artinya perubahan yang dilakukan bersifat berkesinambungan menuju masa depan, perubahan it uterus bergerak menuju arah kemajuan. Konvergen berarti perubahan yang dilakukan bersifat universal, memiliki kesamaan, dan memiliki titik temu yang sama ibarat lintasan planet pada alam semesta. Konsentris artinya perubahan yang dilakukan bersifat kontekstual, unik, memiliki kekuatan pelestarian kearifan lokal, dan mampu menghantarkan siswa yang berbudi pekerti luhur baik sebagai individu maupun makhluk sosial.

Guru penggerak dengan segenap kekuatan nilai, peran, dan kompetensi yang dimiliki diharapkan dapat membuat/membentuk lingkaran pengaruh yang positif dalam memberikan pelayanan kepada siswa. Memberikan dan merancang program inovatif dalam mengembangkan program Profil pelajar Pancasila. Setiap ide dan gagasan guru penggerak harus dikomunikasikan dengan baik antara pimpinan, teman sejawat, dan semua orang yang terlibat didalamnya. Menjalin relasi dengan baik, berusaha memberikan kontribuasi terhadap kemajuan sekolah, berkolaborasi hal itu harus dilakukan oleh seorang guru penggerak. Dengan demikian akan terbentuk lingkaran kepedulian, dan meluas lagi menjadi lingkaran perhatian. Demikianlah koneksi antar materi Visi guru Penggerak, Profil Pelajar Pancasila, dan Filosofi KHD. 


Sabtu, 19 November 2022

Kesimpulan Naratif Modul 1.2 (Nilai & Peran Guru Penggerak) dan Kaitannya dengan Modul 1.1 (Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara) dalam Bentuk Refleksi Model 4P

 


                                             Calon Guru Penggerak; I Putu Susila Darma

PERISTIWA

Berikut adalah kesimpulan yang dapat saya sampaikan mengenai kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami Ketika awal mempelajari modul. Pada intinya modul 1.1 dan 1.2 tidak terlepaskan dari cara kita memandang diri sebagai Calon Guru Penggerak dalam konteks pendidikan dan pembelajaran. Isi modul 1.1 adalah Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara sedangkan isi modul 1.2 adalah Nilai dan Peran guru penggerak. Pencerahan tambahan yang saya peroleh secara teori adalah pilosofi pendidikan KHD sangat relevan dijadikan kerangka pendidikan Indonesia dan Guru penggerak wajib mendalami dan mengimplementasikan pilosofi tersebut dalam kelas dan Sekolah.

saya tertarik dengan definisi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu : Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Setiap anak mempunyai kodrat alam dan kodrat zaman. Kedua pengertian inilah yang paling menarik bagi saya. Selain yang lain yang tidak kalah pentingnya pemikiran Ki Hadjar Dewatara tentang Pendidikan ini saya juga tertarik untuk terus menghayatinya.

Pilosofi KHD ini sangat terkait dengan kegiatan saya sebagai guru Sekolah Dasar, yang harus bisa memandang setiap anak mempunyai kodrat alam yang berbeda sehingga menimbulkan perilaku, sifat, sikap dan motivasi yang berbeda berdasarkan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di mana murid berada. Sehingga saya harus bisa memilah informasi yang masuk terkait dengan kondisi murid dan membedakan perlakuan/treatmen yang harus diberikan, sehingga murid tersebut bisa lebih baik. Tuntunan sebaik apapun, jika tidak didukung oleh kodrat alam yang baik, maka murid akan sulit utuk mengubah perilakunya, atau hanya sedikit berubah. Selain itu terkait dengan kodrat alam, maka murid-murid pasti mempunyai potensi yang pantas ditampilkan/dikembangkan.

Mempelajari asas trikon, pendidikan Budi Pekerti, perbedaan pendidikan dan pengajaran, memperbaiki laku murid yang diibaratkan sebagai seorang peteni, mengenal dasar jiwa anak, teori tabularasa yang sudah tidak relevan, teori negative (siswa ibarat kertas yang sudah isi coretan samar-samar), sangat ingin saya perdalam lagi secara detail ilmunya. Kemudian materi permainan anak adalah pendidikan adalah penguatan baru yang saya dapatkan. Metode Montesori, serta Frobel, dan Taman Anak/siswa.

Kemudian ketika saya mempelajari modul 1.2 tentang nilai dan guru penggerak, di sini saya menemukan pencerahan dan penguatan lagi. Masih di ranah pemberian layanan pembelajaran kepada anak-anak, bahwa nilai dan peran guru penggerak salah satunya adalah berpihak pada anak. Sehingga ketika saya memberikan layanan pembelajaran, saya harus lebih memahami karakteristik murid.

Momen menantang dan mencerahkan berikutnya ketika saya baru mengetahui 4 kompetensi guru penggerak, lima nilai guru penggerak, dan 5 peran yang harus dimiliki oleh guru penggerak. Point-point penting pembelajaran itu akan menjadi pengetahuan dan wawasan saya dalam membantu manajemen dan pengembangan sekolah. Diri guru penggerak adalah berpikir system, memahami perubahan, berpikir asset, membangun keselarasan (koherensi), dan bertanggung jawab. Pada intinya Guru penggerak diharapkan mampu menumbuhkan Sekolah dan Ekosistem Pendidikan agar berpihak pada murid.

 

PEMBELAJARAN

Keterkaitan antara modul 1.1 dan 1.2, yang dapat saya maknai adalah guru penggerak harus mampu menciptakan pembelajaran dan ekositem sekolah sesuai dengan pilosofi KHD. Nilai dan Peran Guru Penggerak juga diejawantahkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang didasari pilosofi KHD. Guru penggerak harus berfokus pada murid dan berusaha menggali potensi-potensi murid yang masih terpendam seperti diistilahkan dalam teori gunung es. Guru penggerak menggunakan profil pelajar Pancasila sebagai tolak ukur utama dalam mengembangkan kompetensi siswa.

Sebagai guru penggerak maka harus memahami filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, seperti tujuan pendidikan (memerdekakan manusia, menjadikan manusia selamat dan Bahagia), filosofi tri rahayu (Hamemayu Hayuning Sarirom, Hamemayu Hayuning Bongso, Hamemayu Hayuning Bawono), pilosofi Trikon (Kontinu, konvergensi, konsentris), Filosofi Triloka (Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri handayani), serta filosofi tringa (Ngerti, Ngeroso, Ngelakoni), dan masih banyak lagi teori lainnya harus diimplementasikan bukan hanya untuk dipelajari di atas kertas.

 

PEMBELAJARAN

Ketika mempelajari modul 1.2 ini benar-benar saya mendapatkan sesuatu yang luar biasa dan bermanfaat. Kalau selama ini pemahaman saya tentang filosofi Pendidikan KHD hanya sekilas dan itu biasanya saya searhing diinternet. Tetapi ketika mempelajari modul-modul ini saya mendapatkan informasi yang sangat penting sekali dalam hubungan saya dengan murid-murid dan sebagai guru yang kompeten

Sebelum mempelajari filosofi Pendidikan KHD dan Nilai serta peran Guru penggerak, saya hanya mempunyai pikiran, bahwa murid-murid seperti gelas/kertas kosong yang harus diisi, serta perlakuan terhadap semua murid hampir sama walaupun ada perbedaan perlakuan tetapi itu tidak mendasar. Tetapi sekarang saya berpikir, bahwa murid-murid sudah terisi wadahnya bahkan mungikin sudah hampir penuh. Tugas saya sekarang membimbing sehingga yang sudah ada semakin bagus dan bertambah pengetahuan dan wawasannya. Serta bertugas menggali potensi yang masih terpendam untuk segera dimunculkan.

Sebelumnya saya juga berpikir bahwa hanya Kepala Sekolah yang memipin manajemen Sekolah dan Pengembangan Sekolah. Namun saat ini saya menyadari bahwa Guru Penggerak itu adalah agen perubahan di Sekolah yang dapat memberikan dan membawakan pengaruh baik kepada kepala Sekolah, warga sekitar Sekolah, dan termasuk juga warga masyarakat. Guru Penggerak tidak mesti berada dalam posisi/jabatan Pimpinan namun harus senantiasa bergerak, tergerak, dan menggerakan ekosistem sekitar.

 

PENERAPAN KEDEPAN (RENCANA)

Rencana pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak diantaranya: 1) Dalam rangka mengembangkan diri, maka saya akan mengikuti kegiatan-kegiatan yang akan menambah wawasan dan keterampilan saya sebagai pendidik menuntaskan pelatihan mandiri di PMM, dan sebagai Guru pada umumnya secara mandiri saya akan melaksanakan kewajiban sesuai 4 kompetensi guru penggerak, nilai, dan peran guru penggerak.

2) Mengadakan kegiatan bersama guru-guru lainnya dalam rangka pengembangan diri masing-masing diantaranya kolaborasi dalam pembelajaran proyek, pembinaan kegiatan ekstrakurikuler, dan desiminasi materi penyegaran/penguatan kompetensi, 3) Selalu merefleksikan setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga mendapat umpan balik tentang pemberian layanan pembelajaran tersebut baik dari murid maupun dari teman sejawat.

4) Berkolaborasi dengan semua guru untuk memposting inovasi pembelajaran di kelas lewat media sosial sekolah dengan demikian mereka akan terdorong untuk membuat pembelajaran yang inovatif, 5) Memperlakukan murid sebagai insan yang berpotensi baik, dan insan yang mempunyai hak untuk bergerak sesuai pilihannya dengan diiringi tuntunan yang baik dari para guru, 6) menggerakan komunitas praktisi didalam Sekolah maupun diluar sekolah, serta 7) memberikan coaching bagi guru-guru yang mengelami kendala dan meminta bantuan

 

Rabu, 16 November 2022

KISAH NARATIF I PUTU SUSILA DARMA (DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK)

Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba menggambarkan diri saya dimasa depan sebagai seseorang yang telah menjalani tugas dan kewajiban sebagai Guru Penggerak selama 3 tahun lamanya. Dalam kesempatan ini juga ijinkan saya mendeskripsikan kegiatan dan dokumentasi nyata terkait apa yang sudah saya lakukan sebagai seorang guru di Sekolah. Semoga dapat menjadi inspirasi serta memberi manfaat pada sesama guru.

Pemberdayaan Kegiatan Pembinaan sampai menghasilkan Prestasi


Sebagai Guru Penggerak saya menyadari akan Nilai yang melekat pada diri saya. Nilai ini menjadi tuntunan dan amalan saya untuk melakukan aktivitas di Sekolah. Sebagai seorang guru penggerak yang dikodratkan untuk mengambil peran menumbuhkan sekolah dan ekosistem pendidikan agar berpihak pada murid maka saya terus belajar dan berproses untuk menjadi guru penggerak yang bisa membawa perubahan melalui transformasi pendidikan. Aktivitas yang secara sadar, nyata, dan saya kembangkan sendiri di Sekolah baik dalam aktivitas keseharian, terprogram rutin berkelanjutan, dan ad-hoc (khusus) dapat saya ceritakan sebagai berikut:

Dalam peran memimpin pembelajaran saya mencoba untuk melakukan aktivitas-aktivitas keseharian di kelas/Sekolah secara rutin yaitu 1) datang lebih awal dari jam ketentuan Sekolah yaitu jam 07.00., 2) jika sedang mendapatkan giliran piket guru saya bertugas di gerbang jaga untuk menyambut kedatangan/kehadiran siswa. Mengucapkan selamat pagi dan salam Om Swastyastu kepada setiap siswa yang dating, 3) pergi ke ruangan guru untuk menghidupkan pengeras suara memutar lagu-lagu wajib nasional dan mengibarkan bendera merah putih bersama tim piket, 4) memberikan 5 menit motivasi kepada anak-anak sebelum mulai pembelajaran ke kelas. Kegiatan yang dilakukan bisa terkait materi kebersihan kelas, kebersihan halaman, kedisiplinan, dan kegiatan edukasi kesehatan, 5) memasuki ruang kelas mendampingi anak-anak yang sedang piket kelas melaksanakan kebersihan dan piket sembahyang, 6) mulai melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal,

7) dalam pembelajaran saya berusaha mengkemas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Fokus pada pelaksanaan pembelajaran saya selalu kontinyu untuk menggunakan media pembelajaran dalam bentuk gambar dan video yang saya akses dari Youtube, dalam pembelajaran saya juga berusaha menggunakan model/metode pembelajaran yang inovatif diantaranya Cooperatif learning, CTL, PBL, Percobaan, Praktik langsung, unjuk kerja, dan sebagainya. 8) dalam pembelajaran saya juga merancang kelas inspirasi yaitu orang tua siswa diberikan kesempatan untuk. Kegiatan ini dilakukan secara ad-hoc mempertimbangkan kesediaan waktu dan kesediaan orang tua untuk mengisi pembelajaran berkolaborasi dengan guru kelas, 9) membuat tes assesmen yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan menggunakan komputer, 10) mengajak anak-anak untuk memperoleh pengalaman belajar yang baru diantaranya penggunaan lab komputer keliling, mengajak berkunjung ke Perpustakaan Sekolah maupun Perpustakaan Daerah, 11) dan aktif membina dan mendampingikegiatan ekstra melukis. Demikian peran peran yang saya lakukan dalam memimpin pembelajaran.

Dalam peran sebagai Coach bagi guru lain saya selalu berusaha memposisikan diri sebagai pemberi informasi, dan memberikan pengaruh yang positif dan memberdayakan kepada teman-teman sejawat diantaranya: 1) memberikan informasi dan membimbing teman sejawat untuk berlatih dan belajar mengakses platform merdeka mengajar, 2) berbagi praktik baik lewat kegiatan refleksi yang dilakukan bersama-sama dengan guru dan Kepala Sekolah, 3) melakukan kegiatan diskusi kecil dengan teman-teman guru yang tertari berdialog tentang pembelajaran proyek, 4) membimbing guru untuk mempelajari bagaimana cara mengakses platform merdeka mengajar di Sekolah tempat bekerja, 5) mendampingi teman sejawat dalam menyusun ATP dan TP sesuai dengan CP (Capaian Pembelajaran), 6) ikut serta merumuskan program-program Sekolah melalui FGD bersama guru-guru dengan dipandu oleh Kepala Sekolah. Sebagai Coach saya mencoba memahami selalu berinisiatif menggagas kegiatan Guru di Sekolah yang berbasis keberpihakan pada murid. Demikian kegiatan yang saya lakukan ketika sebagai Coach bagi guru lain.  

Kolaborasi berarti bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan atau menghasilkan sesuatu. Dalam peran sebagai Pendorong Kolaborasi saya mencoba untuk melakukan beberapa aktivitas dalam keseharian maupun yang bersifat khusus diantaranya: 1) saya berkelompok/melibatkan tim untuk mengambangkan/membina siswa dalam kegiatan lomba menggambar dan mewarnai, 2) bergotong royong untuk melakukan penilaian program liga kelas yang berorientasi pada komitmen untuk menjaga kebersihan kelas dan lingkungan, 3) bekerjasama/berkolaborasi dengan guru Agama dan Guru PJOK untuk memberikan materi Pembelajaran Proyek dengan Tema Gaya Hidup Berkelanjutan pada topic Pengelolaan sampah plastik. Guru PJOK memberikan materi dari sisi kesehatan terkait pengelolaan sampah plastik, sedangkan guru Agama memberikan materi dari sisi menjaga pelestarian tempat suci dari sampah, 3) berkolaborasi memberikan pembelajaran Seni secara merdeka pada anak-anak berdasarkan minta dan bakatnya, saya mengajarkan Seni Rupa, Guru berikutnya mengajar Seni Musik, dan Guru berikutnya lagi mengajarkan Seni Tari, 4) membantu merumuskan dan merencanakan perbaikan dan pengembangan fasilitas sekolah melalui sistem tender/lelang (ad-hoc). Itulah aktivitas kolaborasi yang kita lakukan di Sekolah.

Dalam peran mewujudkan kepemimpinan murid saya juga mencoba melakukan aktivitas secara rutin diantaranya: 1) melakukan kegiatan upacara Bendera yang dilakukan setiap hari Senin Pagi, 2) melakukan kegiatan briefing/pengkodisian/motivasi 5 menit untuk menguatkan karakter dan budi pekerti anak, 3) melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode berkelompok berbasis tutor sebaya untuk membiasakan anak-anak menjadi seorang inisiator dalam kelompoknya, 4) mengembangkan program entrepreneurship untuk melatih kegiatan anak-anak mandiri dalam berkegiatan, 5) terus melakukan praktik baik berupa kegiatan literasi membaca yang bertujuan membuka pengetahuan dan wawasan anak sebagai pemimpin dimasa depan, 6) membekali siswa pelatihan TIK melalui kegiatan ekstrakurikuler komputer dan penggunaan komputer di dalam Perpustakaan Sekolah, 7) mengembangkan ekstra kurikuler lebih banyak dari jumlah sebelumnya dengan tujuan mengakomodir semua bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa. 8) mengadakan kegiatan latihan dasar kepemimpinan melalui kegiatan baris-berbaris setiap awal kegiatan pagi.  Demikian beberapa kegiatan/aktivitas yang coba akan dan sudah kami laksanakan di Sekolah.

Berikutnya, dalam peran menggerakan komunitas Praktisi saya mencoba melakukan berbagai kegiatan diantaranya: 1) menjadi Ketua Komunitas KKG dan mencoba membuat program kerja setiap tahunnya, 2) membuat grup belajar berupa WA dan telegram untuk berbagi informasi dan praktik baik, 3) mengikuti kegiatan kompetisi ilmiah, 4) mengajak rekan sejawat untuk belajar dalam forum guru belajar berbagi pada setiap hari Sabtu dan ini rutin dilaksanakan setiap minggunya. 5) menjadi Narasumber ditempat kerja sendiri dan di komunitas lain terkait topic-topik pengembangan pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila. Demikian yang saya dapat gambarkan mengenai diri saya dimasa depan sebagai seseorang yang telah menjalani tugas dan kewajiban sebagai Guru Penggerak selama 3 tahun lamanya. Semoga dapat menjadi inspirasi serta memberi manfaat pada sesama guru.

Rabu, 06 Juli 2022

Isi Pelatihan Mandiri Topik Merdeka Belajar Pada Aplikasi "Merdeka Mengajar"

 


TOPIK Merdeka Belajar

Isi materi pada topik merdeka belajar adalah sebagai berikut:

  • Pemahaman gagasan dan prinsip pendidikan berdasarkan pemikiran KHD
  • Pemahaman untuk memfasilitasi murid agar tumbuh sesuai dengan kodratnya.
  • Penerapan pembelajaran yang memerdekakan murid

Modul 1 Mengenali dan Memahami Diri Sebagai Pendidik

Pada modul ini, kita akan belajar dua hal:

  1. Merefleksikan diri dan peran sebagai pendidik
  2. Memproyeksikan diri menjadi guru seperti apa di masa depan

Daftar Materi:

Langkah Penyelesaian Modul

  1. Belajar materi
  2. Refleksi pembelajaran
  3. Post Test

Modul 2 Mendidik dan Mengajar

Sekolah atau satuan pendidikan seringkali dipersepsi sebagai tempat mengasah kecerdasan kognitif semata. Sementara kehidupan kita percaya tidak hanya memerlukan kecerdasan kognitif, ada kecerdasan dan keterampilan hidup lain yang diperlukan untuk menjalani hidup. Kita percaya bahwa sekolah dan pendidikan merupakan bekal untuk murid kita mengisi masa depan. Pertanyaannya, Apakah hal-hal yang Ibu dan Bapak Guru lakukan setiap hari di ruang kelas bisa membantu murid mengisi masa depannya? Pada modul ini kita akan bersama berefleksi mengenai praktik mengajar kita apakah sudah cukup menyiapkan murid di masa depan?

Daftar Materi:

Langkah Penyelesaian Modul

  1. Belajar materi
  2. Refleksi pembelajaran
  3. Post Test

Modul 3 Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh

Tidak ada individu yang sama dan zaman selalu bergerak dinamis. Hampir setiap kita menyadari kedua hal tersebut. Menyadari keunikan setiap dan semua murid merupakan satu hal. Bagaimana penerapan kelas yang memfasilitasi setiap kodrat individu merupakan hal lainnya. Pendidikan seyogyanya bukan sesuatu yang rigid dan pakem. Penyesuaian sesuai konteks merupakan pendekatan yang perlu kita usahakan setiap waktunya sebagai pendidik. Di modul ini Ibu/ Bapak akan bersama-sama memahami bagaimana pendidikan yang selalu mengupayakan perubahan perbaikan dan merangkul bakat dan keunikan setiap individu.

Daftar Materi:

  • Kodrat Murid

Kodrat keadaan https://youtu.be/SNWIXmRNSQQ

Kodrat Alam https://youtu.be/PNDABKmt1oY

Kodrat Zaman https://youtu.be/247DP08RFVQ


  • Trikon

https://youtu.be/LGpj8VnBTxA

Langkah Penyelesaian Modul

  1. Belajar materi
  2. Refleksi pembelajaran
  3. Post Test

Modul 4 Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti

"Jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak di masyarakat yang satu dengan yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi" Ki Hadjar Dewantara

Pada modul ini kita akan mencoba lebih memahami murid sebagai individu yang utuh dengan segala latar belakang serta upaya apa yang bisa Ibu dan Bapak Guru bisa bantu dalam proses belajar mereka.

Daftar Materi:

  • Menumbuhkan Budi Pekerti

Budi Pekerti

Teori Konvergensi dan Pengaruh Pendidikan

Langkah Penyelesaian Modul

  1. Belajar materi
  2. Refleksi pembelajaran
  3. Post Test

 

Modul 5 Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan

Pendidikan merupakan sistem yang kompleks, sekaligus sederhana. Pada modul ini Ibu dan Bapak Guru sama-sama akan belajar bagaimana menerapkan prinsip dan praktik pembelajaran yang mandiri dan kontekstual berdasarkan pengalaman dan pengamatan di sekitar, serta bagaimana orang tua dan masyarakat bisa terlibat dalam prosesnya. Modul ini juga akan memfasilitasi Ibu dan Bapak Guru untuk merefleksikan kembali bagaimana praktik pembelajaran di kelas saat ini, bagaimana pengalaman di kelas saat Ibu dan Bapak Guru menjadi murid seusia murid Anda, serta bagaimana apa yang terjadi di kelas memiliki dampak di masa depan.

Daftar Materi:

  • Mengantarkan Murid Selamat dan Bahagia

Selamat dan Bahagia

Sistem Among

Merdeka Belajar Abad 21

  • Menciptakan Lingkungan Pembelajaran Terbaik Murid

Membimbing Murid, memperbaiki bangsa

Peran Keluarga, Sekolah dan Masyarakat

Langkah Penyelesaian Modul

  1. Belajar materi
  2. Refleksi pembelajaran
  3. Post Test

Aksi Nyata

Isi Pelatihan Mandiri Topik Kurikulum Merdeka Pada Aplikasi "Merdeka Mengajar"




1. TOPIK Kurikulum Merdeka

Materi yang dimuat pada topik Kurikulum Merdeka berisi tentang Pemahaman Kurikulum dan Pembelajaran, Murid sebagai Pusat Pengembangan Kurikulum, Pembelajaran Berdasarkan Prinsip Pembelajaran Paradigma Baru, dan Struktur Pembelajaran mendorong murid merdeka belajar. Adapun uraan materi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 

Silahkan mengklik tautan untuk mempelajari/memperoleh pemahaman secara lebih lengkap dan detail! 

Modul 1 Kurikulum

Mengapa kurikulum berubah-ubah? Bagaimana adaptasi kurikulum dilakukan di tingkat sekolah? Mari berdiskusi seputar pengertian dan penggunaan kurikulum di modul ini.

Daftar Materi:

  • Tentang Kurikulum

Apa Itu Kurikulum https://youtu.be/YcCe4iKTpag

Mengapa Kurikulum Perlu Diubah https://youtu.be/c2ce-nnUaGE

Mengapa Kurikulum Perlu Diadaptasi https://youtu.be/SeYZMF8oUAE


  • Kurikulum dalam Pembelajaran

https://youtu.be/4ah5p4LBKss


Modul 2 Kurikulum Merdeka

Di modul ini, kita akan belajar bagaimana mengimplementasikan Merdeka Belajar melalui pemahaman pembelajaran dengan paradigma baru dengan menerapkan Kurikulum Medrdeka di satuan pendidikan kita.

Daftar Materi:

Proses Belajar dalam Mencapai Capaian Pembelajaran

Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum https://youtu.be/7aw7NxGcqnk

Kompetensi, Capaian Pembelajaran dan Profil Pelajar Pancasila https://youtu.be/_Ta1e3NnfVk


Aksi Nyata: 

Sebarkan konten ini sebagai perluasan informasi bagi guru, orang tua, dan masyarakat yang berkepentingan di dunia pendidikan!

Senin, 04 Juli 2022

Mengapa kurikulum perlu berubah?"

                                        


Kurikulum kita pahami sebagai perangkat ajar yang memiliki definisi dan fungsi yang sangat kompleks dalam bidang pendidikan. Kurikulum juga dapat disebut sebagai pijakan untuk mencapai pengembangan kompetensi baik sikap, kognitif, maupun keterampilan. Kurikulum dapat saya analogikan sebagai suatu organisme yang memiliki susunan organ-organ tertentu seperti otak, jantung, dan paru-paru yang merupakan organ vital yang mendukung adanya kehidupan. Otak dapat digambarkan sebagai alat untuk berpikir, jantung untuk memompa darah keseluruh  tubuh, dan paru-paru untuk pertukaran/organ pernapasan dalam. Jika ingin organisme ini terawat dengan baik, maka jagalah organ-organ vital tersebut. Begitu juga harapan kita, jika ingin menghasilkan generasi emas 20-30 tahun mendatang, maka kembangkanlah Kurikulum yang baik dan bisa menjembatani harapan tersebut.  

Perbaikan kurikulum adalah upaya penyesuaian yang dilakukan untuk meningkatkan koheresi, kesesuaian, kedayagunaan, keterlaksanaan dan keberhasilan program kurikuler berdasarkan informasi yang telah didapatkan sebelumnya dan diperoleh melalui penilaian dan pengukuran skala nasional. Ada 3 hal yang mendasari mengapa kurikulum harus berubah, pertama agar relevan dengan perkemangan jaman, kedua agar dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa, dan ketiga agar dapat menyiapkan generasi masa depan yang memiliki visi.



Kita juga amat lazim dan latah sekali mendengar ganti menteri ganti kurikulum. Sesungguhnya bukan itu yang mendasari persoalan perubahan kurikulum. Kita sebagai guru, orang tua, dan tenaga lainnya yang berkecimpung dalam pendidikan harus menyadari bahwa, dibalik perubahan-perubahan itu ada alasan yang mesti kita pahami dengan arif bijaksana. Memang benar pergantian kurikulum itu didasarkan pada perkembangan masyarakat jaman sekarang dan IPTEK yang sedang berkembang. Untuk itu, mau tidak mau, perubahan pasti akan dilakukan dan bukan hanya sekadar oleh kehendak dari pemerintah semata (cnnindonesia.com,; 2022). Utamanya adalah Guru itu sendiri yang harus berubah secara terus menerus sebagai proses belajar sepanjang hayat.

Perbaikan kurikulum adalah suatu keharusan dan wajib bagi seorang guru professional. Perbaikan ini sangat perlu dilakukan karena kondisi anak-anak di setiap kelas di setiap fase tidaklah sama.metode belajar PBL mungkin cocok untuk untuk kelas fase C, tetapi belum tentu cocok untuk fase A. guru harus tanggap terhadap situasi dan kondisi belajar siswa. Guru harus siap mengadakan perbaikan atau revisi terhadap kurikulum yang telah dirancang apabila ternyata tidak cocok dengan situasi dan kondisi di kelas.

Sekali lagi ditekankan bahwa, kualitas para guru dalam artian spirit berubah dan juga kedisiplinan para guru dalam mendidik murid-murid telah menjadi bagian penting dalam perubahan kurikulum. Ketika kurikulum berubah maka guru, tenaga kependidikan, dan yang lainnyapun harus siap berubah untuk maju.  Dengan demikian kurikulum berubah diimbangi dengan perubahan yang lain maka tujuan pendidikan akan tercapai dengan mudah. Mengapa Kurikulum harus berubah?....”Karena cara pandang kita terhadap dunia saat ini sedang berubah” dan menurut saya jawaban ini layak untuk dipertahankan.

 

 

(Sumber: Koleksi foto Sekolah, 2022)


Kita tidak akan mungkin tetap mengajar dengan cara yang kuno semisal ceramah dan hanya mengandalkan buku teks. Tentu itu tidak akan relevan dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan belajar siswa. Pembelajaran tentunya juga akan menjadi membosankan. Selaku guru saat ini sudah disediakan aplikasi Merdeka Mengajar tentunya sangat memudahkan guru untuk berkembang dan memberikan layanan yang terbaik untuk kebutuhan belajar anak. Amatilah anak-anak jaman  sekarang, mereka sudah lahir dengan teknologi disekitarnya.

Dinamika masyarakat yang di sebabkan oleh berbagai faktor, menyebabkan gerakan masyarakat, baik vertikal maupun horizontal membawa pengaruh besar bagi pengembangan pendidikan. Berdasarkan faktor-faktor itulah, maka pemikiran kearah perbaikan kurikulum harus di lakukan demi memenuhi cita-cita masyarakat untuk masa depannya.

Jadi dapat saya sampaikan bahwa, Perubahan kurikulum dilakukan sebagai upaya penyesuaian yang dilakukan untuk meningkatkan kesesuaian, kedayagunaan, keterlaksanaan dan keberhasilan program kurikuler, intrkurikuler, dan ekstrakurikuler berdasarkan informasi yang diperoleh melalui evaluasi menyeluruh.

faktor-faktor yang menyebabkan adalah perubahan sosial yang berdampak pada pendidikan, relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat, persoalan mutu pendidikan, adanya pergeseran penekanan tujuan pembelajaran., adanya pergeseran orientasi proses pembelajaran, studi komparatif terhadap kurikulum Negara lain, tantangan kurikulum pada abad 21, dan globalisasi dibidang pendidkan.

 

Sumber/Rujukan:

https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20170523112430-445-216635/rumitnya kurikulum-pendidikan-kita (Diakses pada tanggal 04 Juli 2022)

 

https://karyakami09.wordpress.com/2018/04/17/makalah-perbaikan-kurikulum/ (Diakses pada tanggal 04 Juli 2022)

 

Terpopuler