Artikel Terkini

Jasa Layanan Menulis

Kami adalah Freelancer yang menawarkan jasa/layanan penulisan yang berkualitas dan bergaransi, serta dengan harga terjangkau untuk sebuah ko...

Selasa, 20 Desember 2022

KONEKSI ANTAR MATERI KETERKAITAN KONSEP BUDAYA POSITIF DENGAN MATERI PADA MODUL 1.1, 1.2 DAN 1.3

Disusun Oleh:

I Putu Susila Darma

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Buleleng

 

Bapak Ibu yang saya hormati,

Budaya positif merupakan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggungjawab.

Dalam menciptakan budaya positif di sekolah tidak dapat berdiri sendiri. Diperlukan adanya kolaborasi dari seluruh kekuatan yang ada baik dari dalam maupun dari luar sekolah. Misalnya Kepala Sekolah, rekan guru, murid dan orang tua serta lembaga lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan budaya positif.

 


Dari modul 1.1 sampai dengan modul 1.4 ini sangat erat kaitannya dan saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Budaya positif dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Oleh karena itu menurut KHD, pendidikan adalah tempat bersemainya benih-benih kebudayaan. 

Guru diibaratkan sebagai seorang petani yang mengelola dan menuntun siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi sesuai kodrat alamnya dan budaya positif agar dapat menjadi murid yang berprofil pelajar Pancasila (beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global). Dalam menyusu program budaya positif juga diperlukan kolaborasi dengan murid. Sehingga murid tidak merasa terbebani dalam melaksanakan budaya positif.

Murid diajak membuat suatu kesepakatan yang berpihak pada murid. Hal ini merupakan implementasi dari “Merdeka Belajar”. Selain itu, guru juga perlu menguasai dan mengaplikasikan nilai dan peran guru penggerak dalam melaksanakan budaya positif di sekolah. Antara lain: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.

Budaya positif merupakan bagian dari visi guru penggerak. Budaya positif harus dikembangkan sehingga mampu untuk mewujudkan visi guru penggerak yang nantinya juga akan lebih luas lagi menjadi visi sekolah. Yaitu “Terwujudnya merdeka belajar dan murid yang memiliki kompetensi Profil Pelajar Pancasila”.

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan adanya kolaborasi kekuatan positif yang ada baik dari luar maupun dari dalam sekolah (pemetaan kekuatan). Dalam hal ini dapat dilakukan melalui suatu pendekatan yaitu pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali impian, Jabarkan rencana, Atur eksekusi). Inkuiri Apresiatif adalah suatu pendekatan berbasis kekuatan positif.

Dari sinilah, peran guru penggerak sangat penting dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah 

  1. Guru penggerak harus mampu menjadi teladan
  2. Menjalin kolaborasi dengan rekan guru lain dan seluruh warga sekolah dalam melaksanakan budaya positif
  3. Menggerakkan komunitas praktisi yang ada di sekolah
  4. Menjadi coach bagi guru lain serta mampu menjadi pemimpin dalam pembelajaran yang berpihak pada murid

Guru penggerak harus bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi di sekolah. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara :

  1. Memulai dari diri sendiri dalam menumbuhkan budaya positif di kelas dan menajdi teladan bagi seluruh warga sekolah
  2. Mensosialisasikan dan berkolaborasi dengan rekan guru serta Kepala Sekolah
  3. Penuh kesabaran, keuletan, dan positif thinking terhadap penolakan ide dan pelanggaran 
  4. Terus melakukan refleksi dan perbaikan

SETELAH SAYA MENINJAU ULANG KESELURUHAN MATERI PEMBELAJARAN DI PAKET MODUL 1 DAN MEMBUAT SEBUAH KONEKSI ANTAR MATERI YANG SUDAH SAYA PELAJARI, MAKA SEBUAH REFLEKSI PEMAHAMAN SAYA TERKAIT KESELURUHAN MATERI MODUL BUDAYA POSITIF ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

 

              1.      Saya telah memahami konsep-konsep inti yang telah saya pelajari di modul 1.4 yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Hal-hal yang menarik untuk saya yang terjadi dan di luar dugaan adalah terkait posisi control guru yang paling sesuai adalah menjadi manajer

              2.      Perubahan yang terjadi pada cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah setelah mempelajari modul adalah ingin membuat dan menciptakan murid yang berkualitas sesuai nilai kebajikan Universal

              3.      Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah adalah mencoba menerapkan segitiga restitusi yang pada kenyataannya guru harus menguasai betul langkah dan tahapannya

              4.      Perasaan yang saya alami dari hal-hal tersebut adalah sangat senang karena siswa memberikan feedback yang luar biasa dan menyenangkan

              5.      Menurut saya, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep budaya positif, hal yang sudah baik adalah siswa memmberikan respon positif dan berani atau terbuka, sedangkan hal yang perlu saya perbaiki selalu mencoba untuk memiliki pertanyaan alternative saat siswa menjawab tidak sesuai harapan saya

              6.      Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi yang paling sering saya pakai adalah posisi pemantau, dan bagaimana perasaan saya saat itu adalah masih penuh keraguan dan merasa ada yang perlu diperbaiki, namun Setelah mempelajari modul ini,  posisi yang sering saya pakai adalah posisi manajer, karna membuat perasaan saya sekarang menjadi puas dan senang. Karena yang saya lakukan saya yakini akan berdampak positif dalam jang waktu yang lama

              7.      Sebelum mempelajari modul ini, saya juga pernah menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid. Namun pada praktiknya ada bagian yang belum saya lakukan dengan maksimal

 

Bapak Ibu yang saya hormati,,

Demikian tugas Koneksi antar materi dan langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Semoga dapat bermanfaat



 

Sabtu, 03 Desember 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

 Visi saya sebagai Calon Guru Penggerak dan sudah saya susun kedalam prakarsa perubahan dengan Tahapan BAGJA salah satunya adalah mewujudkan siswa yang berkebinekaan global.  Saya memahami kaitan peran diri saya sebagai pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA). Pendekatan IA, visi guru penggerak, dan pengembangan profil Pelajar Pancasila di sebuah sekolah merupakan satu kesatuan kekuatan dan kemampuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketiganya saling berkaitan/membutuhkan/menguatkan.

Sebagai pendidik saya harus mengimplementasikan nilai-nilai, peran, dan kompetensi guru penggerak. Bentuk implementasinya salah satunya adalah merancang dan memberikan pelayanan kepada murid sesuai dengan filosofi pendidikan Kihadjar. Pendidikan yang berorientasi pada murid, sesuai dengan kodrat keadaan, kodrat alam, dan kodrat jaman. Pendidikan yang menuntun. Mengembangkan dan menumbuhkan Budi Pekerti Luhur. Secara simultan guru penggerak juga harus dapat merancang dan menterjadikan dimensi Profil Pelajar Pancasila di Kelasnya. Keterkaitan atau koneksi antar nilai, peran, kompetensi guru penggerak, Profil Pelajar Pancasila, dan Filosofi Kihadjar dapat digambarkan seperti bagan berikut ini.



Dengan memanfaatkan paradigma inquiri Apresiatif (IA) seorang guru penggerak harus berpikir apa yang ada di Sekolah sebagai asset dan sistem yang perlu digerakan berdasarkan nilai dan peran yang dimiliki. Perubahan pendidikan sesuai dengan filosofi Kihadjar harus menganut prinsif TRIKON didalamnya yaitu kontinu, konvergen, dan konsentris. Kontinu artinya perubahan yang dilakukan bersifat berkesinambungan menuju masa depan, perubahan it uterus bergerak menuju arah kemajuan. Konvergen berarti perubahan yang dilakukan bersifat universal, memiliki kesamaan, dan memiliki titik temu yang sama ibarat lintasan planet pada alam semesta. Konsentris artinya perubahan yang dilakukan bersifat kontekstual, unik, memiliki kekuatan pelestarian kearifan lokal, dan mampu menghantarkan siswa yang berbudi pekerti luhur baik sebagai individu maupun makhluk sosial.

Guru penggerak dengan segenap kekuatan nilai, peran, dan kompetensi yang dimiliki diharapkan dapat membuat/membentuk lingkaran pengaruh yang positif dalam memberikan pelayanan kepada siswa. Memberikan dan merancang program inovatif dalam mengembangkan program Profil pelajar Pancasila. Setiap ide dan gagasan guru penggerak harus dikomunikasikan dengan baik antara pimpinan, teman sejawat, dan semua orang yang terlibat didalamnya. Menjalin relasi dengan baik, berusaha memberikan kontribuasi terhadap kemajuan sekolah, berkolaborasi hal itu harus dilakukan oleh seorang guru penggerak. Dengan demikian akan terbentuk lingkaran kepedulian, dan meluas lagi menjadi lingkaran perhatian. Demikianlah koneksi antar materi Visi guru Penggerak, Profil Pelajar Pancasila, dan Filosofi KHD. 


Terpopuler